IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL
IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL

Sutan Takdir Alisyahbana – Perusak atau Nasionalis?

Dalam sebuah tulisannya, Sutan Takdir Alisyahbana mengatakan bila Indonesia baru harus lepas dengan sejarah sebelumnya. Tulisan Sutan Takdir Alisyahbana (STA) ini berjudul: Menuju Masyarakat dan Kebudayaan Baru: Indonesia-Pra-Indonesia (Pujangga baru, 2 Agustus 1935). Ia membedakan “Zaman pra-Indonesia” (yang berlangsung hingga akhir abad ke-19) dan “zaman Indonesia” (yang mulai pada awal abad ke-20). Dalam karya tulisnya itu, STA menegaskan tentang harus lahirnya zaman Indonesia Baru, yang bukan sekali-kali dianggap sambungan dari generasi sambungan Mataram, Minangkabau atau Melayu, Banjarmasin atau Sunda. Karenanya tiba waktunya mengarahkan mata kita ke Barat, (Lihat: http://zeidel.blogspot.com/2013/03/polemik-kebudayaan.html).

Menjadi pertanyaan kemudian, pandangan STA merupakan pandangan seorang nasionaliskah? Menurut George Orwell, sejarah dapat digunakan sebagai sebuah senjata untuk meruntuhkan sebuah bangsa dengan sangat efektif. George Orwell mengatakan: “The most effective way to destroy people is to deny and obliterate their own understanding of their history.” Artinya: ‘Cara termudah menghancurkan masyarakat adalah dengan jalan menyangkal dan mementahkan pemahaman mereka terhadap sejarahnya sendiri.’

Dengan menyangkal dan mementahkan sejarahnya dimana sejarah Indonesia harus terputus dengan terhadap sejarah sebelumnya, maka dapat dikatakan bila STA hanyut dalam arus yang disampaikan George Orwell. Pemikiran STA ini selangkah demi selangkah ternyata berimbas kepada sejarah nasional. Dimana kesatuan bangsa dicatat baru dimulai pada adanya Sumpah Pemuda, padahal kesatuan bangsa di Nusantara telah ada sebelumnya dengan adanya ikatan angasraya di Majapahit.

Karena pemikiran STA cenderung hanyut pada arus definisi George Orwell, maka pemikiran STA lebih mengarah pada perusak sejarah ataukah seorang nasionalis. Bagaimana menurut anda?

Bagikan ya

Leave a Reply