IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL
IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL

ARSITEK PENEKAN INFLASI dari 650 ke 112 %

Pembaca sebangsa dan setanah air Putra Putri Ibu Pertiwi

Berikut adalah suatu tulisan mengenang ARSITEK pengurang INFLASI dari 650 ke 122% tidakan luar biasa yang ternyata tidak banyak yang memahami dengan benar terutama generasi sekarang.
Hal penting yang harus diketahui masyarakat luas, siapakah tokoh keberhasilan NKRI keluar dari keterpurukan yang mendera waktu itu .

Jakarta -Tak terasa sudah hampir 4 tahun ekonom dan juga mantan Menteri Keuangan Frans Seda meninggalkan dunia. Bagi pemerintahan sekarang, banyak pengalaman Frans yang bisa diambil. Salah satunya adalah soal menahan laju inflasi.

Saat menjabat sebagai Menteri Keuangan zaman Orde Baru 1966-1968, pria bernama lengkap Franciscus Xaverius Seda berhasil menurunkan laju inflasi dari 650% menjadi 112%.

Pemilik Frans Seda Foundation ini, bersama-sama rekan kerjanya berhasil menurunkan tingkat inflasi yang melambung.

“Di tahun 1965-1966 itu krisis moneter, inflasi tinggi. Nah Pak Frans ini berhasil menurunkan tingkat inflasi dari 650% sampai 112%, ini kinerja Pak Frans tentu tidak sendirian, ada Ketua Dewan Penasehat Presiden Emir Salim, saya rasa itu hal yang luar biasa,” kata Ketua Panitia Pelaksana ‘Frans Seda Awards 2014’ Mikhael Dua sembari mengenang mantan Menkeu zaman orde baru ketika berbincang bersama detikFinance, di Jakarta, Jumat (4/10/2013).

Mikhael menjelaskan, kemampuan Frans untuk bisa mengatasi permasalahan ekonomi saat itu dengan cara menerapkan model anggaran penerimaan dan belanja yang berimbang.

Hari ini, pada 1926 lampau, Frans Seda dilahirkan. Pelaksana ‘Frans Seda Awards’ ingin Indonesia mengenang Frans Seda sebagai orang yang berjasa bagi perekonomian Indonesia.
“Anggaran berimbang itu sumbangan dari Frans. Saat itu pencetakan uang tinggi sekali, itu boros. Frans menciptakan kebijakan anggaran berimbang jadi tidak boleh mengeluarkan dana di luar budget,” ujarnya.
Hal lain adalah, dengan inflasi yang menurun, maka nilai tukar rupiah menjadi membaik. Selain itu, langkah yang dilakukan untuk mampu mengatasi gejolak perekonomian pada itu dengan memberikan insentif kepada eksportir.

“Jadi saat itu ada pemberian insentif di beberapa level pengusaha untuk ekspor, dari pengusaha besar sampai kecil, bahkan pengusaha kecil dibebaskan pajaknya jika mengekpor barang-barangnya ke luar,” kata Mikhael.
Lebih jauh Mikhael menjelaskan, utang luar negeri juga perlu dipangkas. “Utang luar negeri untuk apa harusnya porsi anggaran belanja sebenarnya bisa dibiayai sendiri. Mestinya kita bisa menggunakan semua potensi dalam negeri, ini disebut sebagai kedaulatan dalam negeri,” ujar dia.

“Di situlah jejaring antara masyarakat sosial. Dulu saat Pak Frans menjabat sebagai Menhub dia yang memulai membuka penerbangan perintis, membuka pelabuhan wilayah-wilayah Indonesia yang menghubungkan Indonesia antar pulau, beliau juga yang merintis Bandara Soetta, Bandara Nusa Dua Bali,” terang Mikhael.

Frans Seda meninggal dalam usia 83 tahun pada akhir 2009 silam. Frans dimakamkan di pemakaman umum San Diego, Karawang pada 2 Januari 2010.

Untuk mengenang jasa Frans, Yayasan Atma Jaya akan kembali menggelar Frans Seda Award, dalam rangka mencari tokoh-tokoh penting yang berjasa untuk Indonesia. Penghargaan yang dicari yaitu di bidang pendidikan dan kemanusiaan. Peserta yang dijaring dari seluruh kalangan dengan usia maksimal 40 tahun.

“Syaratnya orang Indonesia usia maksimal 40 tahun, ini untuk mendorong kepeduliaan di 2 bidang itu, kita mencari emas yang terpendam sehingga orang bisa membantu mengembangkannya. Frans Seda Award yang pertama tahun 2012 ada 100 peserta kemudian yang masuk dalam kategori ada 84 dan dikerucutkan sampai 13 kemudian dari 13 itu dikunjungi satu per satu, akhirnya ada 2 pemenang satu bidang pendidikan orang Garut, dia kepala sekolah, dan di bidang kemanusiaaan itu bidan di pedalaman di perbatasan Indonesia dan Papua Nugini,” jelas Mikhael.

Untuk mengenang Frans seda atas jasa jasanya dibent Fran Seda Award, berikut riwayat singkatnya dibawah ini,
Frans Seda Award adalah sebuah penghargaan, terinspirasi dari nama seorang negarawan Indonesia yang bernama Frans Seda (1926-2009). Lahir dari sebuah keluarga Flores, Nusa Tenggara Timur, Frans Seda menyelesaikan sekolah dasarnya di Ndao, Flores dan dikirim ke Kolese Kanisius Muntilan, Jawa Tengah untuk menjadi guru. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di Surabaya ia dikirim ke Sekolah Tinggi Ekonomi Tilburg tahun 1950.

Tahun 1956 Frans Seda kembali ke Indonesia. Ia mengawali karier politiknya dengan menjadi Wakil Ketua dan kemudian Ketua Umum Partai Katolik (1960). Dalam kapasitasnya sebagai ahli ekonomi dengan latar belakang politik Partai Katolik ia diangkat menjadi Menteri Perkebunan (1964-1966), Menteri Pertanian (1966), Menteri Tenaga Kerja (1966), Menteri Keuangan (1966-1968), dan Menteri Perhubungan, Komunikasi dan Pariwisata (1968-1973). Setelah Partai Katolik melebur ke dalam Partai Demokrasi Indonesia, ia diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Belgia, Luksemburg, dan Masyarakat Ekonomi Eropa (1973-1976). Berkat keahlian dan integritasnya, sejak periode tahun 1990 ia dipercaya sebagai penasehat Presiden Indonesia, mulai dari Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, sampai dengan Megawati Soekarnoputri.

Didorong oleh komitmen untuk mengabdikan diri bagi bangsanya dan terinspirasi oleh semangat kekatolikan, Frans Seda memainkan peranannya sebagai seorang pemimpin yang memegang teguh karakter moral dalam mengembangkan kepentingan-kepentingan pollitik, bisnis, pendidikan, sosial, dan relasi antara agama. Di bidang-bidang ini, Frans Seda menunjukkan komitmennya yang kuat pada kemanusiaan yang adil beradab terutama bagi orang-orang yang terpinggirkan. Dalam rangka meningkatkan kapasitas manusia Indonesia, ia mencurahkan perhatian pada pendidikan anak bangsa sebagai jembatan menuju kesejahteraan.

Maju jaya bangsaku
Yang tidak lupa jasa jasa salah satu putra Indonesia
Saalm, Jkt Jan 014

Bagikan ya

Leave a Reply