Dulur Dulur
Pembaca sebangsa dan setanah air ,Putra Putri Ibu Pertiwi Kita cermati bersama judul diatas,bisakah apa langkah kita .
Negeri Maritim Nuswantara kita ini,dimasa itu pertanian diantaranya pangan me rupakan dagangan Utama lintas Kerajaan keseluruh Nuswantara bahkan konon mencapai ASIA Tenggara ,tetapi sekarang BERBALIK Indonesia malahan impor dari mereka TERLALU .
Sebagai pewaris Nuswantara bila terpuruk artinya persiapan untuk bangkit . Mirip dengan situasi yang dialami Indonesia saat ini apa akal untuk bangkit kembali mari kita cermati tulisan berikut .
Ketahanan Nasional Berdaulat dalam Bidang Pangan ,Indonesia Negara besar Negara Maritim sekaligus Agraris berabad yang lalu juga penguasa Perdagangan Lintas Benua .
Pada penulisan ini ,mari kita cermati dari sisi agraris bidang pangan .
Sebagai negara Maritim sekaligus agraris yang punya kekayaan sumber DAYA Pertanian dan pangan yang melimpah dan aneka ragam seharusnya tidak menggantungkan kebutuhan pangan dari Impor .
Tetapi Ironis impor pangan tiap tahun selalu meningkat . Hampir 70 % dari kebutuhan pangan didalam negeri dipenuhi dari impor,salah satunya penyebab adalah sewrawutnya tata kekola pertanian dan tata niaga. Situasi ini dimanfaatkan dengan piawi oleh kartel importir pangan ( Kontan 11 Mrt 013 ). Kesewrawutan berlanjut ke hotikultura ,negara tropis yang subur ,kaya dengan aneka jenis sayuran dan buah buahan tahun ini impornya 23 Trilyun keterlaluan .
Dulur Dulur Pembaca sebangsa dân setanah air,fakta diatas harus segera diakhiri, harus dibalik . HARGA DIRI BANGSA , taruhan terakhir dalam melepaskan diri dari JEBAKAN IMPOR PANGAN. BERDAULAT dalam pangan ADALAH salah satu yang harus dikuasai untuk menuju ketahanan NASIONAL yang KOKOH .
Swasembada beras dan tanaman pangan dicapai dengan KEMANDIRIAN baik metode maupun bibit adalah hasil ahli Indonesia sendiri bukan bibit impor !!
Judul diatas BUKAN lagi RENCANA tapi suatu KEHARUSAN,tapi perlu kemauan politik untuk berdaulat dalam pangan.Peraturan yang dianggap menghambat disemua lini harus diganti dengan yang KONDOSIF TEGAS dan ADIL .
Bila semua terlaksana Indonesia SIAP menghadapi WTO termasuk MENGKEMBALIKAN kejayaan perdagangan Indonesia dikawasan Asteng dan negara sekitar minimal, sokur seperti berabad yang lalu.
Dulur Dulur , apa yang harus kita kerjakan agar berdaulat dalam pangan , mari kita simak bersama uraian dibawah sebagai berikut ;
TIDAK BOLEH TIDAK ,HARUS MENGKEMBALIKAN POTENSI SEPESIFIK PANGAN DAERAH .
TIDAK USAH RISAU MARI KITA BERGEGAS .. Ada jalan PINTAS … YANG JITU . Mencapai mandiri pangan AGAR BERDAULAT DALAM PANGAN ,bahkan subsidipun petani tidak memerlukan. Dengan kondisi modal yang rentan maka perlu kondisi seperti berikut ;
WTO mensyaratkan petani tidak lagi disubsidi ,bukan halangan atau musibah !! Petani tidak butuh subsidi yang dibutuhkan keadilan, kewajaran untuk mendapatkan modal yang bebas dari birokrasi yang berbelit belit dalam akses kredit dan bunga yang pantas serta peraturan yang tegas dan adil itu saja sudah lebih dari cukup .
Tidak perlu diberi keistimewaan seperti yang didapat LCGC ,tidak usah . Juga benih dan pupuk yang belakangan tersedia cukup dan mudah didapat, bisa terus dipertahankan,bidang pertanian siap berkompetisi global .
Sedang dari sisi produksi PETANI DILATIH dengan ; INTENSIFIKASI untuk segala jenis tanaman pangan ( seperti program pro beras ), serta DIKAMPANYE KAN mengkonsumsi sumber karbohidrat selain ” beras “,TERUTAMA didaerah daerah yang memang PADI tidak bisa TUMBUH . Dengan kata lain mengkembalikan potensi keaneka ragaman pangan daerah masing masing . Yang sesuai dengan kebiasaan dan iklim setempat .
Bila program berhasil maka ketergantungan BERAS yang selalu menjadi PRO BLEM RUTIN akan berhenti atau berkurang !
Apabila gerakan ini berhasil secara Nasional ,maka “Produksi Beras ” bila semula habis dikonsumsi dan malahan harus impor TERSISA CUKUP SIKNIFIKAN SEHINGGA berbalik jadi KOMODITI EXPOR dan MENJADI SUMBER DEVISA !!
Kelangkaan pangan ,adalah akibat kebijakan BERAS sebagai satu satunya sumber karbohidrat yang ditrapkan di seluruh Indonesia. Yang dimulai pada era Suharto sampai saat ini .. Bertahun yang lalu DAERAH yang semula mandiri dalam pangan ( kearifan lokal pangan tiap derah berbeda ) TERCABUT KEMANDIRIANNYA ,karena sumber karbo hidrat hanya dari beras !!
Padahal ; ” PADI ” tidak bisa tumbuh didaerah itu,Jadi kebutuhan beras, terpaksa harus dicukupi dari luar daerah ! Akibatnya KETAHANAN PANGAN daerah JADI LEMAH . Karena produk beras Nasional BELUM mencukupi ,akibatnya setiap tahun Indonesia selalu sibuk mengatur kuota IMPÔR BERAS jutaan ton ( tahun 2013 tidak impor ) Ditambah data KEMENTAN SELALU SELISIH tidak akurat sehingga tak jarang menjadi KOMODITÀS POLITIK !! Impor beras yang jutaan ton pertahun jadi lahan empuk manipulasi dan korupsi sungguh memprihatinkan !!
Sudah waktunya Paham sumber karbohidrat “ADA LAH BERAS ” HARUS DITINJAU PADA KESEMPATAN PERTAMA !!
Walaupun ahli ahli pemerintah ,telah berhasil secara mandiri dalam mengembangkan benih padi unggul Tetapi sumber KARBOHIDRAT lain, sepesifik DAERAH tetap harus direvitalisasi . Menggembirakan Para ahli pertanian berhasil memproduksi padi ; Tahan hama rasa pulen dan produktifitas mencapai 8-9 ton / HA.
Berhasil juga dikembangkan PADI GOGO disawah tadah Hujan ,rasa pulen dan hasil per HA juga tinggi, sehingga sawah tadah hujan setahun bisa 2X tanam !! Akibatnya total produksi Nasional akan melonjak bertambah dengan seknifikan . Selain Pemerintah ,para praktisi yang berasal dari kalangan petani sendiri dibeberapa daerah berhasil memproduksi BENIH UNGGUL dari padi LOKAL !! Yang mempunyai karakter seperti tahan hama rasa pulen serta produktifitasnya minimal 8 ton /HA.
Puji sokur pada TYME telah bermunculan JENIUS dari tengah tengah petani sendiri . Hal ini oleh pemerintah di sambut dengan keluarnya peraturan bahwa benih unggul produk petani diakui . Padahal sebelumnya harus mendapat SERTIFIKASI dari pihak yang berwenang !!
Bila petani harus membuat Sertifikasi bibit produknya, jelas tidak mampu bayar, bahwa dibalik peraturan agar bibit yang beredar bersertifikasi sebenarnya memasung kemandirian bibit oleh petani. Peraturan itu sulit diterima logika petani ,karena yang ditanami sawah milik sendiri atau anggota kelompok tani ,jelas tidak ada yang di rugikan ,untunglah pemerintah akhirnya menyadari.
TEKNOLOGI PANGAN PASKA PANEN ,tetap diperlukan untuk non padi karena suatu keniscayaan (untuk menuju kedaulatan pangan) . MISAL UNTUK JAGUNG , SAGU SINGKONG dan lain lain. Sehingga nilai ekonominya meningkat ,masyarakat luas dîperkenalkan untuk mencukupi kebutuhan KARBOHIDRAT TIDAK HANYA DARI BERAS SEMATA .
TEKNOLOGI PASKA PANEN akan mendorong naiknya daya beli masyarakat disentra – sentra pangan karena karena naiknya nilai ekonomi hasil panen . Tumbuh aneka produksi dari bahan baku hasil pertanian misal aneka tepung . Pendapatan petani tumbuh berkembang ,sehingga mendorong naiknya konsumsi barang manufaktur seperti peralatan rumah tangga dan lain – lain .
Perekonomian daerah diseluruh NKRI tumbuh berkembang kait mengkait, BEGITULAH adanya. Terjadi efek BERGANDA disegala bidang dengan CEPAT .
Mandiri pangan memperkokoh KETAHANAN NASIONAL KARENA IKUT berkontribusi MENGUATNYA EKONOMI NEGARA MENUJU KEDAULATAN EKONOMI. Apalagi sebanyak 70% penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor ini bidang PANGAN . Usaha pemerintah menanam SORGUM secara luas, ternyata dibeberapa daerah dahulu merupakan salah satu sumber karbohidrat selain beras . Bila produktifitas sorgum dapat dipacu ,yang juga bisa sebagai pencampur GANDUM dimana impornya pertahun mencapai 1,3 miyard $, maka dengan sorgum impor gandum akan dapat ditekan dengan siknifikan dan ternyata beberapa jenis kue lebih cocok dengan tepung sorgum .
Tumbuhnya INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN pelan dan pasti ekonomi menggeliat. PRODUKTIFITAS NAIK kemakmuran meningkat karena terjadi EFEK BERGANDA. Orbanisasi yang berlebihan TIDAK TERJADI tenaga kerja terserap dengan baik, dida erah tersedia melimpah lapangan kerja dengan upah mencukupi.
Hambatan bukan hanya dari pihak petani atau Deptan tapi ternyata terutama juga tarik menarik kepetingan. Antara pihak yang berpihak impor dan yang ingin berdaulat dalam pangan yang harus diatasi pada kesempatan pertama.
Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya ,diperlukan KEBERSAMAAN UNTUK ME NYELESAIKAN SETIAP MASA LÂH .
Dengan uraian singkat diatas tidak ada alasan tidak bisa, WTO BUKAN MOMOK yang perlu ditakuti ,tapi suatu TANTANGAN “kita bisa”
Sekali lagi ditegaskan untuk menguatkan tekad kita semua BIROKRASI PENGHAMBAT kita lenyapkan pada kesempatan pertama .
Bahwa petani tidak akan meminta keringanan atau membutuhkan subsidi, yang dibutuhkan keadilan, kewajaran untuk mendapatkan modal yang bebas dari birokrasi yang berbelit belit dalam akses kredit dan bunga yang pantas,itu saja sudah lebih dari cukup .
Data BPS ,PDB 60 % disumbang oleh UMKM KOPERASI dan JASA ,dengan kondisi saat ini . Apalagi bila kondisi peraturan KONDUSIF ADIL DAN TEGAS maka pasti akan DAHSYAT efek bergandanya .
Sekali lagi bila itu SEMUA DIDAPAT , Petani serta pelaku ekonomi Nasional SIAP BERSAING era WTO .
Jadi tidak usah diberi keistimewaan SEPERTI yang didapat LCGC harga murah pajak 0% ,yang ternyata milik asing TIDAK PERLU ,siap berkompetisi.
MERDEKA BERDAULAT DISEGALA BIDANG KEHIDUPAN adalah KODRAT . Ditrapkan tidak hanya dibidang pangan tapi untuk semua bidang agro !!Mandiri disemua bidang kehidupan .
Yang tidak sependapat maka jelas berkiblat pada pihak Asing ,golongan yang harus diwaspadai gerak geriknya karena membaur di antara kita .
Saalm , penulis Jkt 013