IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL
IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL

Angin Segar Dari Teknologi Farmasi Indonesia

Dalam rapat bersama antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Timwas Penanggulangan Covid-19 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta, Kamis (16/4), Anies mengatakan jika PSBB hampir pasti diperpanjang. Hal ini karena virus Corona ditengarai masih menyebar.

Belum ada keterangan pasti sampai kapan PSBB ataupun lockdown yang dilakukan berbagai negara di dunia ini akan selesai. Bila saja obat virus Corona ditemukan, maka semua akan berakhir. Virus Corona tidak lagi menjadi ancaman yang perlu ditakutkan.

Namun sayangnya sampai saat ini obat virus Corona belum ditemukan. Berbagai negara dengan teknologi farmasi canggih berusaha menghadirkannya. Jerman, Cina, dan Australia dicatat terus melakukan upaya menemukan obat virus ini. Seperti misalnya, beberapa waktu lalu peneliti di Australia mengklaim menemukan imun yang bisa membentuk zat kekebalan tubuh (antibodi) untuk melawan virus Corona dari salah satu pasien pertama SARS-CoV-2 di Australia. Temuan imun ini bisa membantu ahli virus mengembangkan vaksin. Pasalnya tujuan dari vaksinasi adalah untuk mereplikasi respons kekebalan alami tubuh terhadap virus. Hanya saja untuk hadirnya obat virus Corona yang diharapkan, masih memerlukan waktu panjang.

Kearifan Lokal Tangkal Virus Corona

Beberapa pasien positif Corona di Indonesia dicatat melakukan testimoni berhasil sembuh karena meminum VCO atau Virgin Coconut Oil. Misalnya saja Monica Sialoha (Mama Abe) dan Tung Desem Waringin. Namun sayangnya VCO bukan sebagai rujukan medis melainkan sebagai rujukan alternatif dari kearifan lokal.

Di tengah kekosongan obat virus Corona, kabar gembira lain datang dari peneliti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Dua peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) menemukan obat virus Corona. Mereka menemukan suplemen untuk melawan Virus Corona atau Covid-19.

Suplemen tersebut dikemas berbentuk minuman suplemen, bar cokelat batangan hingga permen. Menurut salah satu penemu suplemen penangkal virus Corona yaitu Prof M Mufti Mubarok, suplemen yang dipercaya bisa melawan Covid-19 itu akan segera diproduksi massal mulai pekan depan, sebab sudah melalui uji lab dan juga uji coba ke pasien terdampak Covid. Produk tersebut akan diberi nama Nitrico dengan produk Nitrico 1, Nitrico 2 dan Nitrico 3. Produk itu memiliki formula imun sekitar 500 miligram lebih dan mampu melawan virus, sebab imun pengidap Corona turun di bawah normal. Dengan pasien meminum suplemen ini serangan virus akan terelakkan.

Secercah Harapan dari Universitas Airlangga

Khusus untuk obat virus Corona secara medis, harapan dicatat hadir dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Unair mengklaim telah menemukan lima jenis senyawa yang diyakni bisa menjadi obat bagi pasien terpapar virus corona jenis baru atau COVID-19.

Menurut Rektor Unair Prof Mohammad Nasih, kelima senyawa tersebut memiliki daya ikat yang lebih kuat dibanding avigan dan klorokuin yang hingga saat ini masih dipercaya menjadi obat pasien yang terinfeksi virus Corona. Dalam waktu dekat, hasil penelitian terhadap lima senyawa ini akan dituangkan dalam artikel di jurnal internasional. Para peneliti di dunia akan bisa mempercayai kredibilitas penelitian lima senyawa tersebut dan saling berdebat untuk menguji keabsahan hasil penelitian.

Hanya saja pembuatan obat COVID-19 dari senyawa ini membutuhkan waktu cukup lama, setidaknya setahun, mengingat proses persiapan dan pengujian yang begitu panjang. Namun demikian, Prof Nasih memastikan produk yang akan dihasilkan terpercaya sebagai obat COVID-19.

Mengelola Ketahanan Nasional Menghadapi Virus Corona

Segala kemampuan anak bangsa dalam menyikapi wabah dunia di tengah belum ada obatnya tersebut, tentu saja perlu diapresiasi. Hal ini karena keberadaannya dapat memperkuat ketahanan nasional. Salah satunya, dengan menciptakan kemandirian obat.

Karena itu pemerintah dan seluruh stakeholder yang ada, perlu duduk bersama untuk mengelola teknologi farmasi yang telah ditemukan tersebut. Selain dapat mengurangi kepanikan yang tidak perlu kala Pandemi Corona berlangsung, juga dapat menjadi alternatif ekspor jika ia dapat dikelola secara profesional.

Yang jelas, kemampuan anak bangsa dalam mengembangkan obat virus Corona di kala ia menjadi pandemi dunia yang belum ada obatnya ini, menunjukkan jika kemampuan anak bangsa dalam industri farmasi setara dengan negara lain di dunia. Ke depan, ada baiknya jika pemerintah kala ada pandemi, dapat berkonsultasi dengan seluruh universitas yang ada di Indonesia untuk mencari jalan keluar yang terbaik dan bukan lagi semata-mata mengutamakan produk dan obat impor.*(IRW)

Bagikan ya

Leave a Reply