Syarat untuk menjadi negara maju ialah jumlah pelaku entrepreneur harus lebih dari 14% dari rasio penduduknya. Sementara di Indonesia, pelaku entrepreneur baru 3,1%. Kondisi ini terjadi karena masalah budaya.
Hal ini disampaikan Ketua YSNB Pontjo Sutowo dalam releasenya tanggal 4/9/2020. Menurut Pontjo Sutowo kembali, budaya bangsa ini belum berubah, yaitu budaya untuk bekerja dan mengabdi pada sebuah perusahaan ataupun pada sebuah institusi. Bukan budaya untuk membuka usaha baru sehingga menciptakan sebuah lapangan kerja baru bagi banyak orang.
Teknologi Membuka Peluang Kerja
Hingga saat ini, teknologi memiliki peran sangat penting bagi kemajuan sebuah peradaban. Teknologi mampu membuka banyak peluang kerja serta memperbesar posisi tawar bangsa Indonesia dalam percaturan global. Untuk itulah maka mendesak bagi bangsa Indonesia untuk meningkatkan pengembangan dan penguasaan inovasi teknologi yang saat ini memang masih jauh ketinggalan.
“Bangsa kita juga masih cenderung sebagai pengguna atau konsumen teknologi ketimbang sebagai penemu, pengembang atau produsen teknologi,” kata Pontjo Sutowo.
Kondisi inilah menyebabkan rendahnya tingkat kemandirian dan lemahnya posisi tawar bangsa Indonesia dalam percaturan global. Di sisi lain, riset dan pengembangan teknologi (risbangtek) yang dihasilkan perguruan tinggi belum terhilirisasi dengan baik ke dunia usaha/industri maupun ke masyarakat. Sebagai akibatnya hasil riset belum mampu berkontribusi secara signifikan dalam mendorong percepatan penguasaan teknologi bangsa Indonesia.
Riset yang dilakukan perguruan tinggi saat ini lebih banyak untuk mengejar publikasi ilmiah terutama yang terindeks scopus, prototype, hak paten, dan sejenisnya. Padahal seharusnya hasil risbangtek yang dilakukan perguruan tinggi dapat dihilirisasi dan dihubungkan dengan dunia usaha atau industri. “Karena, teknologi tidak mungkin berkembang tanpa dunia usaha/industri,” ujarnya.
Penguasaan Teknologi Menjadi Kebutuhan Urgent
Menurut I Dewa Putu Rai dari Badan Pengkajian PPAD dalam release menjelaskan pentingnya penguasaan teknologi bagi kemajuan peradaban sebuah bangsa. Seperti diajukan oleh banyak pemikir bahwa semakin tinggi teknologi sebuah peradaban, makin mudah meradiasi lapisan-lapisan budaya pada peradaban lain. “Teknologi telah menjadi faktor diterminan bagi kemajuan peradaban sebuah bangsa agar mampu bersaing di tingkat global,” tuturnya.
Wakil Sekjen FKPPI, Susetya Herawati mengatakan, hakekat pengembangan kewirausahaan memiliki dua dimensi yaitu dimensi pengembangan ekonomi dan penguatan ketahanan nasional. Proses internalisasi sekumpulan sifat-sifat wirausaha menjadi sikap dan perilaku seseorang.
Pengembangan kewirausahaan adalah proses character building atau pendidikan ahlak yang menghasilkan generasi yang berkarakter wirausaha. Cukup banyak regulasi yang telah dikeluarkan oleh para pemangku kepentingan di bidang pengembangan kewirausahaan. Sayangnya tataran implementasi masih menghadapi berbagai kendala yang cukup serius.*