Pada dasarnya, sebuah prasasti umumnya berisi tentang hal-hal sebagai berikut. Pertama, penetapan status sīma. Kedua, keputusan hukum mengenai tanah, utang-piutang, kewarganegaraan, pajak, pengelolaan hasil penjagaan lingkungan alam dan upacara. Serta ketiga, peringatan atas suatu peristiwa, (Machi Suhadi, 1993: 238-239).
Namun diluar isi secara umum tersebut, terdapat prasasti berisi kisah perjalanan. Prasasti itu adalah prasasti Pabañolan. Prasasti ini, merupakan satu-satunya prasasti era Majapahit yang berisi kisah perjalanan yang ditemukan hingga saat ini.
Prasasti Pabañolan
Secara garis besarnya, sekalipun tidak ditemukan secara lengkap, prasasti Pabañolan (1381 M) berisi kisah perjalanan seseorang dalam usaha mencari obat hingga sampai di nūşa Sunda. Di sana sang tokoh bertemu dengan pendeta tetapi tidak diberi obat. Kemudian ia tiba di negeri Kling dan diambilkan obat oleh Ino. Obat ini dibawa ke Jawa dan sementara itu Ino dan Mahisa Juru Kurung ikut pergi ke Jawa dan tinggal di Malaņḍang. Kemudian ia (perempuan) mengenali bahwa tamunya (Ino) adalah putranya sendiri. Prasasti ini ditulis di Sang Hyang Batur Pajaran di Majapahit (Wilwatikta), (Machi Suhadi, 1993: 259).
Ada 2 wilayah yang menjadi pencarian obat seseorang dari Majapahit, yaitu Sunda dan Kling. Wilayah Sunda terletak di Jawa Barat pada saat ini. Sedangkan wilayah Kling merupakan wilayah yang berada di luar Jawa. Wilayah Kling merupakan wilayah di India.
Berdasar uraian prasasti Pabañolan, dapat dikatakan jika seseorang yang mencari obat tersebut dapat dikatakan bukan orang biasa. Bagaimana ia dapat berlayar ke Sunda (wkasan keli maring nuşa sanda, kapanggih rakryan galuh, madan lişya babu bābu, busihĕn ngaran sung putra, P. Pabañolan 1a.2) kemudian Kling (wkasan aharĕp mara haring, wāno kling, sang usaddha, … wkasan mangga, tka ri kling, P. Pabañolan 1a.3-4), asal obat dapat ditemukan. Pada masa itu, pelayaran untuk mencari obat yang dicari, tentu membutuhkan biaya yang tidak kecil. Dan tentu dapat dikatakan pula, jika hanya orang berada yang mampu melakukan hal tersebut.
Sunda dalam Prasasti Pabañolan
Kepergian seseorang dari Jawa (Majapahit) dalam mencari obat hingga ke Sunda, tentu sangat menarik. Sunda kemungkinan besar pada masa itu, merupakan negara yang mengedepankan pelayanan kesehatan atau kedokteran. Bahkan dapat dikatakan jika Sunda merupakan sebuah negara yang memiliki sistem kesehatan terbaik dunia, bersama dengan negara Kling. ‘Dokter’ Sunda yang dicari tentu memiliki pengetahuan lebih dari yang telah ada. Karena kalau tidak, maka dalam mencari obat tidak akan berlayar hingga ke Sunda.
Hanya saja, ‘Dokter’ di Sunda yang ditemui ternyata belum sesuai estimasi yang diharapkan, karena belum mampu meresepkan obat yang diminta (kapanggih ta sang wiku, mwang sang usaddha, tan winehan de ni sang wiku, P. Pabañolan 1a.3). Obat baru di dapat di negara Kling.
Lepas dari hal tersebut, kisah yang termuat dalam Prasasti Pabañolan menunjukkan jika hubungan antara Sunda dengan Jawa sangat harmonis. Prasasti Pabañolan tahun (1381 M) dicatat tidak mengisahkan adanya ‘peristiwa’ permusuhan antara Jawa dengan Sunda. Sekalipun tahun 1381 M merupakan tahun di mana ‘peristiwa Bubat’ telah terjadi. Perang Bubat sendiri diperkirakan terjadi tahun 1357 M.
Informasi Prasasti Pabañolan semakin menguatkan jika ‘peristiwa Bubat’ sebenarnya tidak terjadi. Hal ini karena tidak tercatat dalam teks-teks tua. Secara umum, Prasasti Pabañolan memiliki isi yang relatif sama dengan kisah Bhujangga Manik, dimana tidak menceritakan adanya perang ‘Sunda dan Jawa’.