Kekeliruan Kerajaan Sriwijaya
Apabila melihat lebih jauh tentang sejarah Sriwijaya, sebenarnya ada kekeliruan sejarah yang akut tentangnya. Kekeliruan ini, kiranya perlu mendapat klarifikasi agar sejarah Sriwijaya dapat menjadi jelas. Beberapa klarifikasi tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama. Tidak ada migrasi wangsa Sailendra ke Jawa. Karena wangsa Sailendra berasal dari Jawa. Menurut Poerbatjaraka wangsa Sailendra asli Indonesia yang mulanya menganut agama Siwa, tapi sejak Rakai Panangkaran berpindah menjadi penganut agama Buddha Mahayana. Pendapat Poerbatjaraka diperkuat pula dengan ditemukannya prasasti Sojomerto.
Kedua. Kerajaan Sriwijaya tidak dicatat dalam sejarah dinasti Cina, padahal Sriwijaya tengah mengalami masa kejayaannya. Dalam Sejarah Lama Dinasti Tang (618-907) dan Sejarah Baru Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya tidak dicatat. Padahal pada masa itu, Sriwijaya ‘dicatat’ mencapai masa kejayaannya. Sejarah Baru Dinasti Tang hanya mencatat adanya kerajaan bernama Poli di Sumatera. Sriwijaya atau San-bo-zai baru dicatat dalam Sejarah Dinasti Song (960-1279).
Sriwijaya adalah Kerajaan Yang Dikendalikan Jawa
Informasi berita Cina tersebut memberikan ruang menarik untuk mengetahui seberapa besar sebenarnya Sriwijaya pada masa itu. Jika dalam berita Cina, Sriwijaya yang tengah mencapai kejayaannya tersebut ternyata tidak diketahui oleh Cina atau tidak dicatat oleh sejarawan dinasti Cina, dan sejarawan dinasti Cina lebih memilih mencatat Jawa, maka dapat dikatakan jika kebesaran Sriwijaya sebenarnya tidak ada.
Dalam Tatanegara Majapahit, Muhammad Yamin menilai jika Sriwijaya hanyalah sebuah negara atau kerajaan yang dikendalikan oleh Jawa. Beberapa argumentasi yang ia gunakan adalah sebagai berikut, (3).
Pertama. Balaputradewa yang berpindah dari Jawa ke Sumatera pada tahun 856, tetap menjadi anggota rajakula Sailendra, baik ketika di Jawa Tengah sebelum tahun 856 atau sesudah tahun itu ketika sudah menjadi kepala negara Sriwijaya di pulau Sumatera. Sailendra adalah nama dinasti dan Sriwijaya nama negara yang dikuasai dinasti tersebut.
Kedua. Kepala negara Sriwijaya dinamai menurut prasasti Vieng Sa Śrīwijayewarabhūpati, Śrīwijayendrarāja dan menurut petulisan Nalanda Suwarnadwipadhipamahāraja, dan dengan tegas ternyata segala kepala negara itu ialah anggota dinasti Sailendra.
Ketiga. Menurut Prasasti Raja di kota Laiden, anggota dinasti Sailendra bernama Marawijaya-Utunggawarman putra Cundamaniwarman menjadi raja menguasai Kataha dan Sriwijaya, sehingga ternyata lagi hubungan antara negara dan dinasti dalam rangka kesatuan tatanegara.
Keempat. Istilah Śailendra-vaņśa, Śailendraraja sama isi dan maksudnya dengan istilah Raja-Raja Melayu atau Raja-Raja turunan Siguntang, karena dalamnya tersimpan urat kata Syalamalai-gunang, yang membawa hubungan yang sangat rapi antara naluri sejarah dengan kepercayaan dan kesatuan tatanegara, itupun lepas dari jawaban pertanyaan dimanakah letaknya Malayu atau bukit Siguntang.
Kesimpulan
Dari hal tersebut, dapat dikatakan jika kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan nasional pertama di Nusantara sebelum kerajaan Majapahit adalah tidak benar. Hal ini karena Sriwijaya hanyalah sebuah negara bagian. Negara nasional pertama adalah kerajaan Medang di Jawa. Wilayah kerajaan Sriwijaya yang dicatat mencapai Jawa Tengah sebagaimana catatan Wikipedia Sriwijaya juga tidak benar. Hal ini karena Jawa Tengahlah yang merupakan negara pusat dari kerajaan Sriwijaya. Bila benar Śailendra-vaņśa, Śailendraraja sama isi dan maksudnya dengan istilah Raja-Raja Melayu atau Raja-Raja turunan Siguntang, maka dapat dikatakan jika seluruh raja-raja Melayu berasal dari Jawa.