Bung Karno menjelaskan arti Sarinah bagi dirinya: “Pengasuh saya bernama Sarinah, ia ‘mbok’ saya. Ia membantu ibu saya, dan dari dia saya menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih. Dari dia saya banyak mendapatkan pelajaran mencintai ‘orang kecil’. Dia sendiri pun ‘orang kecil’, tetapi budinya selalu besar.”
Di tengah kehidupan negeri yang dihantui ketakutan, kebencian dan kerakusan, karakter kepemimpinan yang dibutuhkan harus bisa kurangi watak maskulinitas jagoan digantikan jiwa kepahlawanan yang lebih feminin. Dan di tengah dominasi pembesar maskulin bermental kecil, negeri ini merindukan sosok Sarinah: kepemimpinan feminin dari orang-orang biasa dengan jiwa luar biasa.
Dalam menumbuhkan jiwa kepahlawanan feminin, Johann Gottfried Herder mengingatkan perlunya upayakan “keadilan universal, rasa kemanusiaan dan nalar aktif” dengan menumbuhkan jiwa damai dan altruis dalam diri warga negara. Untuk itu, pahlawan feminin harus ingatkan kengerian “horor kekerasan/peperangan”. Bahwa setiap peperangan/kekerasan, kecuali untuk sekadar bela diri, adalah suatu kegilaan tercela, yang timbulkan kepedihan tak bertepi dan kemerosotan moral.
Pahlawan feminin harus didik warga negara kurangi pengagungan peperangan beserta pahlawan mitologisnya. Pahlawan feminin harus ingatkan tentang “horor dari salah urus kenegaraan”, dengan mengajarkan ketidakhormatan dan pembangkangan terhadap otoritas politik yang suka sulut pertikaian demi kepentingan kekuasaan. Untuk itu, perlu tumbuhkan semangat kewargaan yang aktif dan kritis.
Pahlawan feminin harus tumbuhkan patriotisme welas asih, dengan menyerukan warga negara untuk dapat mengembangkan dan merasakan potensi kebajikan yang ada pada bangsanya. Energi warga negara harus diarahkan untukk bisa capai kehidupan kewargaan yang makmur, adil, damai, berprestasi dan bermakna demi meraih kebahagiaan hidup bersama.
Pahlawan feminin harus bisa tumbuhkan perasaan dalam jiwa warga negara suatu sikap adil terhadap bangsa lain, termasuk sikap fair dalam perdagangan antarbangsa, agar negara miskin tak dikorbankan bagi keserakahan negara kaya. Pun harus didik warga negara untuk bisa mengarungi aktivitas bermanfaat secara riang gembira.
Saatnya kepemimpinan cinta kekuatan digantikan kekuatan mencintai.
Penulis: Yudi Latif
Diambil dari:
https://www.instagram.com/p/Cd1hTjGBTVF/?igshid=MDJmNzVkMjY=