Fenomena lunturnya karakter bangsa di kalangan pemuda termasuk para mahasiswa kini semakin mengkhawatirkan. Hal tersebut antara lain tercermin dari meningkatnya kasus kekerasan pada para remaja, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, menurunnya rasa hormat pada orang tua, hingga rendahnya etos kerja.
Padahal sebagai bagian dari generasi muda, mahasiswa mendapatkan perhatian yang lebih besar dari pemerintah dibanding kelompok generasi muda lainnya. Perhatian tersebut bisa dilihat dari segi dukungan dana maupun fasilitas.
“Dengan dukungan dana dan fasilitas yang lebih baik dibanding kelompok generasi lain, sewajarnya mahasiswa memiliki tanggungjawab yang lebih besar terhadap bangsa dan negara ini,” kata Ketua Lembaga Pengembangan Kreativitas dan Kebangsaan Universitas Krisnadwipayana (LPKK-Unkris) Dr Susetya Herawati pada Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Universitas Lampung (Unila), dalam siaran persnya, Senin (15/8/2022).
Mengambil tema Ciptakan Mahasiswa Berkarya dan Berinovasi untuk Kampus Merdeka Belajar, PKKMB yang berlangsung di Gedung Serba Guna Unila tersebut dihadiri Rektor Unila, Prof. Dr. Karomani, M.Si, para wakil rektor, Bupati Pesisir Barat Dr. Agus Istiqlal, dan 9.000 mahasiswa baik secara online maupun offline.
Lebih lanjut, Hera menjelaskan beberapa tanggung jawab yang dipikul mahasiswa antara lain mempertahankan dan memelihara kesatuan bangsa, mengembangkan kepribadian yang sehat dan tangguh, berpikir analitis dan sintetis, berilmu tinggi dan berketrampilan, serta bermoral Pancasila dan berbudi pekerti luhur, meningkatkan partisipasi dalam pembangunan politik, ekonomi, dan sosial.
Selain itu, mahasiswa juga wajib memelihara dan mengembangkan demokrasi Pancasila serta menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi warga negara serta mengembangkan nilai-nilai budaya yang luhur dan relevan guna mendorong dan menampung perubahan. Tanggung jawab tersebut tidak dapat lepas dari cita cita perjuangan bangsa serta keberlangsungan hidup bangsa dan negara atas dasar Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi, UUD 1945, dan Pembangunan Berkeadilan Sosial.
Hera mengingatkan bahwa mahasiwa pada hakekatnya bukan Man of Public Meeting, tetapi Man of Analysis. Sehingga mahasiswa bukan semata-mata pemburu ijazah, tetapi sebagai penghasil ide atau gagasan yang disajikan dalam bentuk pemikiran yang teratur, yang banyak sedikitnya sesuai dengan hakikat ilmu pengetahuan.
Menurut Hera, di tengah lunturnya karakter bangsa di kalangan mahasiswa, kembali membumikan Pancasila adalah solusi yang paling tepat. Pemahaman Pancasila bukan semata-mata dimaknai sebagai ideologi, tetapi juga memiliki daya rekat dalam bidang kejiwaan sehingga benar-benar merupakan suatu keyakinan. “Pembangunan karakter mahasiswa berdasarkan ideologi Pancasila harus dilakukan terus menerus,” ucap Hera.
Kearifan lokal, jelas Hera, juga dapat dijadikan sebagai blue print bagi Pembangunan Karakter Bangsa. “Pengalaman hidup bersama antaretnik dan kelompok telah menghasilkan sejumlah kearifan nasional yang dapat dijadikan landasan bagi pembangunan karakter bangsa,” tegas dia.
Bagi Hera, pembinaan watak harus menjadi tujuan utama pendidikan nasional karena sasaran pendidikan itu yang terpenting adalah membangun karakter. Adapun tujuan pembangunan karakter mahasiswa antara lain membangun individu yang memiliki keimanan dan ketakwaan prima terhadap Tuhan Yang Maha Esa, membangun individu yang mampu mengendalikan diri dengan jalan menghindari perilaku tercela, dan membangun individu yang bersikap inklusif”. Tentu dengan menerima realitas kehidupan bangsa Indonesia yang plural.”
Disosialisasikan kembali dari: republika.co.id. Senin 15 Aug 2022 18:05 WIB.
https://www.republika.co.id/berita/rgnlge438/mahasiswa-dituntut-tanggung-jawab-lebih-besar-untuk-menguatkan-karakter-bangsa