IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL
IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL

Kurikulum Budi Pekerti Harus Dihadirkan Kembali Guna Hilangkan Disrupsi Sistem Pendidikan

Disrupsi terjadi  secara global di semua bidang, yang disebabkan oleh cepatnya kemajuan dari Teknologi Informasi dan Komunikasi salah satunya adalah “ learning”.

Cara pembelajaran yang terdisrupsi ini telah banyak menyebabkan jutaan pelajar tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan ilmu dan kesempatan mempelajari kompetensi yang dibutuhkan untuk menghadapi revolusi 4.0, yang dipersyaratkan dunia. Akibat tambahan yang terjadi adalah dengan adanya pendemic Covid 19, ada 1,6 miliar anak didik harus putus sekolah karena dampak penutupan sekolah selama dua tahun terakhir serta tidak setaranya fasilitas dan kualitas  pendidikan  bagi generasi muda di wilayah yang berbeda.

Berdasarkan World Economy Forum:  “Catalysing Education 4.0 Investing in the Future of Learning for a Human-Centric Recovery”, pembelajaran adalah untuk pemulihan yang berpusat pada manusia.

Hal ini sejalan dengan tokoh Pendidikan Indonesia, Prof Arief Rachman, yang berpendapat bahwa Pendidikan adalah  penting untuk membangun kekuatan manusia, masyarakat  dan seluruh warga negara di dalam suatu negara. Menurut Prof. Arief tujuan pendidikan itu sendiri adalah pembangunan lima kekuatan dalam diri manusia, yaitu menguatkan iman, menghaluskan perasaan, mencerdasakan akal, menyehatkan badan dan mengeratkan silturahim.

Melihat fenomena saat ini di mana dengan adanya kemajuan jaman yang berorientasi kepada kemajuan teknologi, menyebabkan terjadinya disrupsi dalam pembelajaran dan berimpact pada nilai kehidupan dunia, cepatnya perubahan dan gangguan (disrupsi) pada sistem tatanan kehidupan di semua aspek termasuk sistem pendidikan dalam suatu negara.

Oleh sebab itu pendidikan menjadi salah satu penentu pembentukan suatu peradaban dalam suatu negara. Pada dasarnya, pendidikan itu adalah tanggungjawab bagi pengurus negara untuk membuat suatu perencanaan sistem pendidikan yang menyeluruh yang dapat mencerdaskan akal, menghaluskan rasa, menyehatkan raga dan membangun bangsa melalui terbangunnya manusia manusia Indonesia yang tangguh, kompeten dan beradab. Sehingga ditambah dengan rasa nasionalisme yang tinggi akan menjadi warga negara Indonesia yang profesional, santun dan berkapasitas tinggi.

Menjadi beradab atau meningkatkan peradaban menjadi salah satu tujuan utama dari Pendidikan terencana tersebut. Dan menjadi tanggungjawab pemerintah dalam hal pembuatan sistem Pendidikan (seperti kurikululum, metode belajar (self learning) dan infrastruktur).

Menurut Prof Arief, derajat orang yang beradab lebih utama dibandingkan orang berpendidikan, lebih jelasnya bahwa pendidikan merupakan usaha yang dibuat secara sadar dan terencana dengan baik untuk menghasilkan kualitas yang optimal. Pendidikan tidak akan pernah berhasil tanpa usaha yang terintegrasi antara pemerintah, orang tua dan lingkungannya.

Permasalahan Pada Saat Ini

Fenomena sistem Pendidikan di Indonesia yang cepat berubah dan tidak menyeluruh dalam impelementasinya, menjadikan kurikulum dilaksanakan secara terbata-bata dan terkesan setengah-setengah. Bahkan mencoba untuk meniru pola negara lain yang lingkungan dan budayanya berbeda, sedangkan yang kita butuhkan adalah warga negara yang handal dan dapat turut memajukan peradaban bangsa dan negaranya.

Kemajuan Teknologi Komunikasi (TIK) atau ICT (Information Communication Technology) saat ini menyebabkan berkurangnya kontak erat antar manusia (human touch). Sehingga dapat mengurangi salah satu kualitas yang diharapkan, sehingga hasil pendidikan yang mungkin terjadi adalah pendidikan yang disebabkan oleh Kemajuan Teknologi terkadang dapat malah dapat mengurangi “Human Touch And Contact” yang sebenarnya dibutuhkan, serta tidak dapat mengasah pemahaman Budi Pekerti dan mendidik Manusia Muda Menjadi Generasi yang mampu mengikuti kemajuan jaman namun berperadaban baik. Karena sampai saat ini kemajuan teknologi Artificial sekalipun tidak mampu memiliki rasa dan karsa sehebat yang bisa dilakukan manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna.

Luasnya negara Indonesia yang terbagi dengan ribuan pulau, memberikan tantangan tersendiri dalam implementasi suatu kurikulum yang baru di mana kualitas sumber daya manusia, fasilitas dan kondisi tiap daerah memiliki perbedaan.

Sedangkan perubahan pembangunan wilayah berjalan lambat, sehingga turut mempengaruhi kemajuan pendidikan diberbagai wilayah, belum lagi dengan banyaknya “percobaan“ pembuatan kurikulum sejak dahulu sepertinya masih berlanjut hingga saat ini. Sehingga trial and error ini menyebabkan tidak pernah dapat dibakukan suatu sistem pendidikan yang paling sesuai bagi seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya, dan diberbagai daerah terpencil pada khususnya.

Hal ini menyebabkan terjadinya disrupsi dalam sistem Pendidikan (kurikulum yang berlaku untuk seluruh generasi muda kita). Kurikulum yang dibuat oleh pemerintah  dan harus diimplementasikan tanpa ada waktu untuk ditelaah kembali efektifitasnya. Selain itu dengan kemajuan teknologi, tentu saja mempengaruhi sistem / infrastruktur  Pendidikan yang telah berjalan, dari yang manual mulai dikenalkan dengan yang otomatisasi, jika dahulu ada human kontak, saat ini dengan kemajuan teknologi menyebabkan berkurangnya human kontak. Hal ini kita bisa sebut sebagai disrupsi sistem Pendidikan.

Padahal dari definisi awal bahwa tujuan Pendidikan (menurut Prof Arief) adalah  suatu pembangunan lima kekuatan dalam diri manusia, yaitu menguatkan iman, menghaluskan perasaan, mencerdaskan akal, menyehatkan badan dan mengeratkan silaturahmi. Dengan adanya disrupsi cara belajar karena kemajuan teknologi yang terlalu cepat ini menyebabkan tujuan pendidikan menjadi tidak maksimal. Khususnya aspek pendidikan untuk menghaluskan perasaan, menyehatkan badan dan mengeratkan silaturahim. Dengan penggunaan IT dalam proses belajar menjadikan para pelajar harus banyak mengejar ketertinggalan dan harus mengatasi kendala di bidang kurangnya pemerataan fasilitas dan kemampuan infrastruktur di daerahnya.

Dengan kata lain kemajuan ICT hanya mendorong pelajar untuk selalu mencerdaskan akal saja, tetapi tidak dengan 4 hal yang dibangun oleh pendidikan. Belum lagi dengan kemajuan iptek yang belum sempat dikuasai telah muncul perkembangan iptek yang baru, tentu akan sangat sulit mengejar ketertinggalan khususnya tentang wawasan penguasaan iptek.

Jika kita melihat tujuan pendidikan untuk meningkatkan peradaban maka harus ada suatu sistem pendidikan utama yang bisa menyentuh keseluruhan faktor yang harus dibangun tadi. Sistem pendidikan itu kita bisa sebut kurikulum peradaban yang mengacu pada pengembangan mental dan spiritual melalui pendidikan budi pekerti yang bisa berdasarkan budaya indonesia.

Mungkin kita harus kembali menengok sejarah pendidikan kita sejak dahulu yg sangat mengutamakan budi pekerti. Khususnya bila kita melihat dasar negara kita dari perspektif ranah mental spiritual sebetulnya telah mengamanatkan perlunya pembangunan manusia Indonesia yang agamis dan berakhlak baik.

Karena di dunia saat ini yang semakin maju diperlukan oleh masyarakat dunia bahwa setiap perusahaan maupun institusi apapun akan mengutama attitude (dimana budi pekerti menjadi dasar seseorang bersikap), karena kemampuan sebenarnya dapat dilatih, di saat seseorang menjalani pendidikan.

Bahkan Indonesia sering disebut sebagai negara yang membuat manusia merasa nyaman dan ingin tinggal di Indonesia karena keramahan warganya, saling tolong menolong dan gotong royong tinggi (ini dasar teamwork bukan?) di samping gotong royong merupakan inti dari Pancasila yang menjadi dasar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Antisipasi Yang Harus Dilakukan

Melihat kondisi saat ini maka sebaiknya harus memulai kembali memasukkan pelajaran budi pekerti dalam kurikulum di Indonesia.

Agar Indonesia tetap bisa mempertahankan peradaban yang ada dan bahkan dapat meningkatkannya menjadi negara dengan peradaban unggul dan nomer satu di dunia.

Pendekatan yang memungkinkan dan berimpact luas adalah dengan membuat suatu kurikulum yg menyeluruh dan yang menunjang terbangunnya peradaban baru dan mampu bertahan menhadapi tantangan jaman.  Kurikulum Indonesia yang akan dibangun ini akan meliputi: tingkatan pendidikan usia dini hingga universitas.

Semua harus memiliki benang merah ke arah pembangun peradaban luhur dan selalu berorientasi pada pembangunan manusianya, tidak hanya sistemnya saja.

Dengan tetap  mengacu pada  kebutuhan karakter dan kompetensi kerja yang dibutuhkan dunia di era 4.0 (seperti yang dibahas di dalam World Economic Forum 2022 tentang pendidikan).

Kesimpulan

Dengan adanya pembuatan atau memasukan budi pekerti ke dalam kurikulum, diharapkan dapat mendorong pembentukan warga negara unggul di Indonesia yang tidak akan terpengaruh oleh perkembangan jaman dan lingkungan strategisnya, bahkan dapat menunjukan meningkatnya peradaban ke jenjang yang lebih tinggi. Semoga.

 

Penulis:

Hendri Dwiwantara

Bagikan ya

Leave a Reply