Kekuasaan berbasis modal dan orang kaya disebut oligarki. Dalam pemaknaan yang luas, oligarki ada dua rupa: Pertama, oligarki memiliki dasar kekuasaan—kekayaan material—yang tidak dapat diseimbangkan. Kedua, oligarki memiliki jangkauan kekuasaan yang luas, militeristik dan sistemik, meskipun dirinya berposisi minoritas dalam kekuasaan.
Dengan demikian, kekuasaan oligarkis selalu didasarkan pada pemerintahan yang susah dihancurkan karena jangkauannya luas dan sistemik serta tak dipahami banyak warganegara.
Sangat disayangkan pada akhirnya kini, Indonesia juga hanya dikuasai oleh orang kaya. Sebab semua ada bandrolnya. Tak ada artinya orang cerdas. Tak ada manfaatnya moral seseorang. Tak ada gunanya prestasi. Tak ada fungsinya kebijaksanaan seseorang. Yang ada adalah yang bermodal.
Teorisasi Oligarki
Teorisasi oligarki dimulai dari adanya fakta bahwa ketidaksetaraan material yang ekstrem menghasilkan ketidaksetaraan politik yang ekstrem. Meskipun dalam demokrasi, kedudukan dan akses terhadap proses politik dimaknai setara, akan tetapi kekayaan yang sangat besar di tangan minoritas kecil menciptakan kelebihan kekuasaan yang signifikan di ranah politik. Beda uang, beda kuasa.
Makin besar uang, makin kuasa. Sebab pemerintah pada akhirnya membela yang beruang, yang bayar. Klaim ini didasarkan pada distribusi sumber daya material di antara anggota komunitas politik, demokrasi atau sistem lainnya, yang memiliki pengaruh besar pada kekuasaan. Semakin tidak seimbang distribusi kekayaan material, makin besar kekuasaan dan pengaruh orang kaya dalam motif dan tujuan politiknya.
Sebaliknya, ketidaksetaraan yang besar dalam kekayaan menghasilkan ketidaksetaraan dalam kekuasaan dan pengaruh politik (centripetal dan centrifugal). Wis pokoke bedo ujungnya.
Menurut Winters (2009), teori oligarki menjelaskan bagaimana kekayaan yang terkonsentrasi menciptakan kapasitas, motivasi, dan kuasa politik tertentu bagi mereka yang memilikinya. Penjelasan ini menemukan buktinya hari ini di Indonesia. Praktis tiap warganegara yang ingin berkuasa adalsh mereka yang kaya karena harus membeli suara rakyat via pemilu. Semua jabatan publik kini seharga antara 3 Milyar-50 Triliun rupiah. Dengan modal besar maka mereka yang telah berkuasa akan memproduksi uang demi mempertahankan kuasanya saat pemilihan kembali dalam perebutan jabatan publik.
Dus, kekuasaan publik kini juga hanya menjadi arena orang kaya memperkaya diri dan mempertahankan kuasa sambil mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya.
Produk Negara Oligarki
Demikianlah negeri oligaki yang dikuasai para oligark. Mereka kini bisa bernyanyi lembut tentang tanah airku yang tidak kulupakan. Kan kukenang selama hidupku. Biarpun saya pergi korupsi. Tidak kan hilang dari kalbu. Tanahku yang kucintai. Engkau kuhianati. Lagu yang tentu sangat pilu untuk terus dinyanyikan.
Pada dasarnya produk terbaik dari negara oligarki ada tujuh. Atau biasa disebut dengan 7K, yaitu: kemiskinan, kebodohan, kepengangguran, kesakitan, ketimpangan, konflik, ketergantungan. Sebaliknya, para penguasa berpesta pora dan bersandiwara saja. Sementara itu rakyat dibiarkan menderita. Hal ini tentu tidak dapat dibiarkan terus berkelanjutan, dengan kembali menegakkan konstitusi.(*)
Penulis : Dr. M. Yudhie Haryono