IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL
IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL

Indikator Keterjajahan Sebuah Negara

Kata ‘keterjajahan’ adalah akronim dari kata ‘kemerdekaan’. Keterjajahan lebih dimaknai sebagai hilang dan terampasnya kebebasan oleh orang atau bangsa lain. Keadaan yang membuat kemerdekaannya terampas dan hilang dari dirinya. Sementara itu kemerdekaan, dapat dimaknai dengan keadaan bebas, lepas, dan tidak terampas kebebasannya oleh orang atau bangsa lain.

Pada saat ini, ada sebuah kredo tentang keterjajahan. Bunyinya sebagai berikut. “Never ending colonialism.” Kolonialisme di sini tentu bukan lagi dengan kekuatan militer namun via mekanisme institusional. Easterly (2007) pernah menyatakan bahwa oligarki akan terus memproduksi keributan demi mempertahankan hak-hak istimewanya.

Enam Indikator Keterjajahan

Untuk mengetahui keterjajahan maupun kemerdekaan sebuah negara, terdapat banyak indikator yang dapat digunakan untuk melihatnya. Indikator tersebut saling berlawanan, sehingga dengan mengetahui salah satunya, otomatis mengetahui lainnya. Sebab tinggal melihat lawannya saja.  Setidaknya ada 6 indikator untuk melihat keterjajahan sebuah negara.

Keenam indikator keterjajahan tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Sebuah negara hanya menjadi sumber bahan baku murah oleh negara-negara industri dan oligarki.
  2. Sebuah negara hanya menjadi pasar untuk menjual produk-produk hasil industri negara-negara industri dan oligarki.
  3. Sebuah negara menjadi tempat mencari rente dengan memutarkan kelebihan kapasitas negara-negara industri dan oligarki.
  4. Terjadi kemiskinan dan kesenjangan akut dalam negara tersebut.
  5. Terjadi deindustrialisasi secara masif, strukturalis dan tak berhenti.
  6. Tumbuh dan berkecambahnya agensi anti konstitusi. Tingginya angka anti konstitusi berkorelasi positif terhadap tingginya ketersesatan jalan ekonomi-politik nasional. Tingginya ketersesatan jalan ekonomi-politik ini berkorelasi positif terhadap tingginya pengangguran. Tingginya angka pengangguran ini berkorelasi positif terhadap tingginya angka kemiskinan. Dan, tingginya angka kemiskinan berkorelasi positif terhadap tingginya kekayaan elite oligarki. Serta, tingginya kekayaan elite oligark ini berkorelasi positif terhadap tingginya angka korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Keenam indikator tersebut, ternyata semuanya dialami oleh Indonesia. Pada indikator keempat yaitu terjadi kemiskinan dan kesenjangan akut dalam negara tersebut sebagai contohnya, ditandai dengan catatan adanya angka kemiskinan mencapai 31% dan gini ratio mencapai 0.41. Sementara itu pada indikator kelima yaitu terjadi deindustrialisasi secara masif, strukturalis dan tak berhenti sebagai contoh lainnya, ditandai dari penurunan kontribusi sektor manufaktur alias industri pengolahan nonmigas terhadap PDB. Penurunan ini juga terjadi dari aspek output produksi dan tenaga kerja sehingga sektor kegiatan manufaktur mengalami penurunan nilai tambah

Menurut riset kami di Nusantara Centre, sektor industri pada kurun waktu tahun 2017 memberikan kontribusi yang cukup signifikan atas penyerapan tenaga kerja yang berkisar pada angka 1,5 juta pekerja. Sektor industri juga memberikan kontribusi yang positif (tinggi) terhadap struktur besaran Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Pertumbuhan sektor industri tersebut mencakup beberapa subsektor industri logam dasar berkisar pada angka 10,6%, industri alat angkutan berkisar pada 5,6%, berturut-turut subsektor industri makanan dan minuman pada kisaran 9,49%, industri mesin dan perlengkapan 6,45%, subsektor kimia dan farmasi tumbuh di atas 8%. Dalam realitasnya, pertumbuhan sektor industri linier dan berkorelasi terhadap penyediaan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja, jika dibandingkan sektor infrastruktur (konstruksi).

Keterjajahan Harus Diakhiri

Sebagai problem pokok kedua yang luar biasa mencengkeram kita semua, maka keterjajahan harus segera diakhiri. Ia juga harus dihapus dari bumi manusia agar tidak menjadi kanker penyebab kematian.

Namun perlu menjadi perhatian, tidak jarang kondisi keterjajahan itu ternyata diinginkan dan dibuat sendiri secara sadar. Bahkan terkadang keadaan keterjajahan itu dinikmatinya. Lebih dari itu, atribut-atribut yang melambangkan keterjajahan itu malah disandangnya dengan penuh kebanggaan. Karena itu Gibran pernah berkata: “Teriakan kemerdekaan pun akhirnya menjebak manusia dalam kondisi sebaliknya: keterjajahan”. Untuk mengatasi kondisi tersebut, perlu kiranya juga dilakukan revolusi budaya guna memastikan tidak ada yang menikmati kondisi keterjajahan.

Terakhir dalam soal keterjajahan yang destruktif yang menimpa bangsa ini, aku hanya ingin berbagi puisi untuk mengingatkan bahwa semua tidak abadi, sehingga tidak perlu ada yang emosional baik sadar maupun tidak, bekerja untuk melanggengkan keterjajahan.

Kawan/Masih ingatkah tentang hati yang gemuruh/Sebentar lagi akan menjadi sekerat tanah tak berperih/Masih ingatkah tentang wajah yang gagah/Sebentar lagi akan tenggelam dalam tanah/Mati. Sunyi. Sepi.(*)

 

Penulis: Dr. M. Yudhie Haryono

Bagikan ya

Leave a Reply