Indonesia adalah negara yang tercatat pernah memperjuangkan kemerdekaannya dengan cara fisik bahkan bisa dianggap merupakan salah satu negara yang lebih dari sekali melawan negara penjajahnya. Indonesia sejak pengesahan proklamasi kemerdekaan melawan Belanda dua kali pada saat Revolusi Kemerdekaan pasca proklamasi dan Pengusiran Belanda dari Irian Barat (saat ini Papua) pada saat Operasi Trikora.
Indonesia sebagai negara baru sadar atas kelemahannya sehingga membuatnya harus melakukan penguatan politik luar negeri dan militernya untuk dapat mengusir Belanda dari Irian Barat yang dipercaya akan melakukan gerakan-gerakan liciknya untuk mempertahankan posisinya.
Belanda sendiri cukup sadar juga dengan keinginan Indonesia yang merasa masih terjajah. Maka dengan begitu Belanda mengirim pasukan dan alutsistanya yang canggih serta bernilai strategis tinggi seperti kapal induk Hr.Ms. Karel Doorman R81 yang dilengkapi dengan Hawker Sea Hawk yang bersenjatakan rudal yang cukup canggih pada masanya.
Kapal Induk Belanda Hr.Ms. Karel Doorman yang berperan sabagai kekuatan strategis utama Militer Belanda di Irian Barat.
Melihat kekuatan Belanda yang tak dapat diremehkan, Indonesia akhirnya membeli alutsista canggih dan mutakhir pada saat itu yang umumnya berasal dari Uni Soviet dan sekutunya. Hal ini terjadi karena Uni Soviet adalah pendukung utama Indonesia pada saat Operasi Trikora sehingga Indonesia mendapatkan alutsista bernilai strategis tinggi pada saat itu.
Salah satu alutsista bernilai strategis tinggi yang didapatkan Indonesia pada saat itu yaitu KRI Irian. KRI Irian adalah kapal perang berjenis kapal jelajah Kelas Sveldrov buatan Uni Soviet yang dikenal sebagai kapal yang berukuran sangat besar. Selain itu kapal ini memiliki persenjataan berukuran besar seperti meriam 152 mm dan 100 mm, meriam anti-pesawat 37 mm dan torpedo 533 mm
.
Dengan bobot dan persenjataan yang besar ini membuat kapal ini cocok untuk pertempuran laut jarak dekat yang pada saat itu masih cukup lazim dan diantisipasi. Selain itu kapal ini mampu dijadikan sebagai media bantuan tembak bagi pasukan darat ketika melakukan pendaratan pantai dan dapat membombardir kota-kota pesisir yang umumnya menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi Belanda yang penting di Irian Barat pada saat itu.
Kapal jelajah KRI Irian.
Tentu keberadaan kapal ini dipercaya dapat memberikan daya gentar yang sangat hebat bagi Indonesia untuk menakut-nakuti Belanda di Irian Barat walaupun persenjataannya tidak terlalu canggih untuk pertempuran laut pada saat itu.
Namun Indonesia sendiri tidak hanya mengandalkan kapal KRI Irian sebagai alutsista pertempuran laut utamanya. Indonesia sendiri memiliki beberapa alutsista pertempuran laut yang sangat canggih pada masanya. Seperti yang disebutkan Saudara Yogi Prayogo, Indonesia memiliki rudal anti-kapal AS-1 Kennel yang diluncurkan dari pesawat pengebom Tu-16 dan kapal cepat rudal Kelas Komar yang dilengkapi dengan rudal anti-kapal Styx.
Rudal AS-1 Kennel milik TNI-AU.
KCR Kelas Komar yang meluncurkan rudal Styx.
Tentu pada saat itu belum ada penangkis rudal yang cukup canggih sehingga menjadi momok yang menakutkan bagi Belanda dan Indonesia sendiri tidak perlu memburunya dengan kapal KRI Irian karena kendaraan peluncur rudal tersebut memiliki mobilitas yang sangat baik dan lebih cepat daripada KRI Irian.
Bisa disimpulkan bahwa KRI Irian memiliki nilai strategis yang cukup mumpuni walaupun kemampuan pertempuran lautnya mulai ketinggalan zaman. Hal ini dapat terjadi karena ukuran kapal dan senjatanya yang sangat besar sehingga mampu memberikan daya gentar yang cukup menakutkan bagi Belanda karena meriamnya mampu membombardir kota dan/atau pelabuhan Belanda di Irian Barat dan Indonesia sendiri memiliki alutsista pertempuran laut yang lebih canggih daripada Belanda sehingga mampu memberikan momok bagi armada AL Belanda di Irian Barat.
adhie