Hubungan Majapahit dengan Cina dicatat dalam banyak sumber. Diantaranya dicatat dalam Nāgarakṛtāgama (teks Jawa Kuno) dan Sejarah Dinasti Ming (teks Klasik Cina). Dalam catatan Sejarah Dinasti Ming, Kaisar Cina tahun 1443 dalam suratnya dicatat menyatakan sebagai rakyat Majapahit. Suratnya berbunyi: “Berbagai negara di seberang lautan semuanya harus membawa upeti tiga tahun sekali; Anda, oh, Raja, harus mengasihi rakyatmu dan melaksanakan pengaturan ini.” (1)
Dengan menganggap dirinya sebagai rakyat, Kaisar Cina baru kemudian mengajukan permintaan kepada Raja Majapahit Wijaya Parakrama Wardhana, yang mengeluarkan prasasti tahun 1447. Sebuah hubungan diplomatik antara negara yang disatukan Majapahit dengan negara yang menyatukan yaitu Majapahit. Hubungan ini wajar karena Majapahit dicatat sebagai negara yang mampu menaklukkan raja Mongol (Kubilai Khan) dan negaranya (2), serta mendukung keberlangsungan Dinasti Ming (3). Tidak berlebihan jika Kaisar Pertama Dinasti Ming yaitu Kaisar Taizu, dicatat mengirimkan seorang utusan ke Jawa untuk memberitahukan bahwa ia kini naik tahta, setelah mengalahkan Mongol pada 1369. (4) Utusan tersebut tidak dikirim ke negara lain termasuk negara-negara di Nusantara, tetapi hanya khusus menghadap ke Raja Majapahit untuk melaporkan kondisi terbaru Cina. Pelaporan yang menunjukkan sebuah bawahan kepada atasan.
Mengingat Dinasti Ming dalam kontrol Majapahit, dan Cina mengenal Korea dan Jepang, apakah Majapahit kemudian juga mengenal Korea dan Jepang? Selain Cina, Majapahit ternyata juga dicatat mengenal Korea dan Jepang. Bahkan terjadi hubungan antara mereka. Hanya saja berbeda dengan hubungan dengan Cina, hubungan Majapahit dengan kedua negara tersebut hingga saat ini hanya dicatat dalam teks searah saja, salah satunya teks yang berasal dari Korea. Belum ditemukan adanya teks Jawa Kuno yang mengisahkan hubungan tersebut.
1. Hubungan Korea Dengan Majapahit Dalam Catatan Korea
Hubungan Korea dengan Majapahit dicatat dalam Joseon Wangjo Sillok (Babad Dinasti Joseon) sebagaimana catatan Taejong Annals vol. 12, Taejong 6th, Agustus 11th Article. Sebuah catatan di mana terdapat utusan Jawa bernama Jin Eon-Sang yangberkunjung ke Dinasti Joseon (Korea). Catatan tersebut berbunyi sebagai berikut. (5)
Teks asli (Aksara Tradisional China):
南蕃(瓜蛙國)〔爪蛙國〕 使 陳彦祥, 至全羅道 群山島, 爲倭所掠, 船中所載火雞、孔雀、鸚鵡、鸚哥、沈香、龍腦、胡椒、蘇木、(香)〔木香〕 等諸般藥材、蕃布, 盡被刦奪。 被虜者六十人、戰死者二十一人, 唯男婦共四十人脫死上岸。 彦祥, 嘗於甲戌年, 奉使來聘國朝, 拜朝奉大夫書雲副正者也。
Terjemahan:
Nanfan (Negara Katak Melon) utusan [Negara Katak Cakar] Chen Yanxiang, pergi ke pulau pegunungan di Provinsi Jeolla, dan dijarah oleh Jepang. Kapal membawa kalkun, merak, nuri, nuri, gaharu, borneol, lada, sumac, ( harum ) [Wewangian Kayu] dan bahan obat serta kain lainnya, semuanya dirampok. Enam puluh orang ditangkap, dua puluh satu tewas dalam pertempuran, dan hanya empat puluh pria dan wanita yang melarikan diri dan mati di darat. Yanxiang, yang mencicipinya di tahun Jiaxu, ditunjuk sebagai utusan ke Guochao, dan dia juga wakil menteri Shuyun, dokter istana.
Versi Nasional Korea:
남번(南蕃)의 조와국(爪哇國)152) 사신 진언상(陳彦祥)이 전라도(全羅道) 군산도(群山島)에 이르러 왜구(倭寇)에게 약탈을 당했다. 배 속에 실었던 화계(火雞)153) ·공작(孔雀)·앵무(鸚鵡)·앵가(鸚哥)154) ·침향(沈香)·용뇌(龍腦)·호초(胡椒)·소목(蘇木)·향(香) 등 여러 가지 약재와 번포(蕃布)를 모두 겁탈당하고, 피로(被虜)된 자가 60인, 전사자(戰死者)가 21인이었으며, 오직 남부(男婦)155) 를 합해 40인만이 죽음을 면하여 해안으로 올라 왔다. 진언상은 일찍이 갑술년에 봉사(奉使)로 내빙(來聘)하였는데, 우리 나라에서 조봉 대부(朝奉大夫) 서운 부정(書雲副正)을 제수하였던 자이다.
Catatan:
[註 152]조와국(爪哇國) : 자바(Java).
[註 153]화계(火雞) : 타조.
[註 154]앵가(鸚哥) : 잉꼬.
[註 155]남부(男婦) : 남녀.
[註 152] Jowaguk (爪哇國): Jawa.
[註 153] Hwagye: Burung Unta.
[註 154] Angga (鸚哥): Seekor parkit.
[註 155] Selatan (pria dan wanita): pria dan wanita.
Terjemahan:
Jin Eon-sang, seorang utusan dari provinsi selatan Jawa,152) dijarah oleh perampok Jepang ketika dia mencapai Pulau Gunsan di Provinsi Jeolla. Diangkut dalam kapal adalah Hwagye (Burung unta)153), Merak (孔雀), Burung Beo? (鸚鵡), Hanga? (鸚哥)154), Gaharu (沈香), Yongnoe? (龍腦), Hocho? (胡), Somok? (蘇木), Dupa, dan berbagai bahan obat lainnya serta beonpo (?) semuanya diperkosa (dijarah?), dan 60 orang kelelahan dan 21 tewas dalam pertempuran, dan hanya orang selatan (pria dan wanita)155) yang terbunuh. Secara keseluruhan, hanya 40 orang yang berhasil mendarat untuk menghindari kematian. Jin Eon-sang telah melayani sebagai pelayan di tahun Gap-sul sebelumnya, dan dialah yang melayani Jo Bong Daebu (朝奉大夫) Seoun Bu-jeong di negara kita.
Selain itu terdapat juga catatan lain, sebagaimana dicatat dalam Taejong Annals vol. 23, Taejong 12th, Mei 25th, artikel 1. (6)
Teks asli (Aksara Tradisional China):
戊申 / 日本國 宇 久 殿使人 及 (爪 蛙 國) 〔爪哇國〕 陳彦祥. 使人 等 告 還 (爪 蛙 國) [爪哇國] 人 曰: ” 日本國人性 本 貪暴, 多 竊彦 祥財, 恐 中路 殺 我, 以 滅 其 迹。願 國家 護送。 “政府 啓 曰:” 送 一 兩 兵船, 安 能 禦 暴! 又 不可 多 遣。 “遂行。
Terjemahan:
Wushen / Utusan Ukuden Jepang (Negara Katak Cakar) [Negara Jawa] Chen Yanxiang. Cai, takut membunuhku di tengah jalan, untuk menghancurkan jejaknya. Semoga negara mengawal. “Pemerintah berkata: “Kirim satu atau dua kapal perang, aman dari kekerasan! Jangan kirim lagi.” Lanjutkan.
Versi Nasional Korea:
일본국(日本國) 우구전(宇久殿)의 사인(使人)과 자바국[爪哇國] 진언상(陳彦祥)의 사인(使人) 등이 돌아간다고 하였다. 자바국 사람이 말하기를,
“일본 나라 사람들의 성품이 본래 탐하고 사나워서 진언상의 재물을 많이 도적질하였는데, 중로에서 나를 죽여서 그 형적을 없앨까 두려우니, 원컨대, 국가에서 호송하여 주소서.”
하니, 정부에서 아뢰기를,
“한두 병선을 보내더라도 어찌 능히 탐포한 것을 막겠으며, 또 많이 보낼 수도 없습니다.”
하니, 드디어 그대로 갔다.
Terjemahan:
Dikatakan bahwa prajurit Ugujeon di Jepang dan prajurit Jineonsang di Jawa [爪哇國] kembali, kata orang Jawa:
“Orang-orang Jepang pada dasarnya rakus dan ganas, jadi mereka merampok banyak properti Shingon. Saya khawatir mereka akan membunuh saya di jalan dan menghapus jejak. Saya mohon negara untuk mengawal saya.”
Hani, pemerintah (Dinasti Joseon [Raja Taejong]) memberitahuku:
“Bahkan jika kami mengirim satu atau dua kapal militer, bagaimana kami bisa menghentikan perusakan, dan kami tidak dapat mengirim terlalu banyak.”
Hani, aku akhirnya pergi dengan cara yang sama.
2. Sekilas Informasi Tentang Jin Eon-Sang
Jin Eon-Sang atau Chen Yanxiang (진언상/陳彦祥) adalah utusan negara di Selatan atau negara Jawa atau Chowa-guk/Jowa-guk/Jawa (조와국/자바) atau Zhaowa-guo (爪蛙國). Jin Eon-Sang dicatat berkunjung ke Joseon pada tahun 1395 pada masa Raja Taejo dan kedua kalinya pada 1406 saat Raja Taejong bertahta.
Setelah berkunjung ke Korea pada 1406, Jin Eon-Sang melanjutkan kunjungannya ke Jepang untuk menghadap Shogun Ashikaga Yoshimochi, penguasa Keshogunan Muromachi. Pada tahun 1412, ia kembali berkunjung ke Jepang, ke Kyoto, ibukota keshogunan masa itu. Jin Eon-Sang mengaku sebagai duta dan membawa kapal dagang raja Jawa (Majapahit).
Pada pelayaran pertama ke Joseon, pada 1395 Jin Eon-Sang menumpang kapal utusan Kerajaan Siam. Dan baru pada 1406 ia berlayar dengan kapal miliknya sendiri, yaitu jong yang cukup besar, dengan panjang 33 meter dengan bobot mati 220 ton dengan awak sebanyak 121 orang. Kapal ini membawa berbagai macam komoditas rempah dan berbagai jenis satwa langka.
Kapal ukuran panjang 33 meter sesungguhnya dapat dikatakan kecil. Bukan kapal seukuran Mendam Berahi, sebagai kapal kenaikan Hang Tuah. Kapal Mendam Berahi dicatat berukuran panjang 60 gaz dan lebarnya 6 depa. (7) Bila menggunakan ukuran ela India, panjang kapal adalah 5.029,2 cm atau 50,292 m. (8) Sementara itu lebarnya adalah 1.005,84 cm atau 10,05842 m. (9) Kapal ini lebih tepat mendekati kapal seukuran kapal yang ditumpangi Bujangga Manik. Kapal terakhir ini berukuran: Lebar 13,4112 m (10) dan Panjang 41,91 m. (11)
Hanya saja di pertengahan jalan, kapal Jin Eon-Sang dibajak oleh waeguu (Perompak Jepang). Sebanyak 60 orang awak kapal ditangkap, dan 21 tewas dalam pertempuran. Hanya 40 pria dan wanita yang datang hidup-hidup dan berlabuh di Joseon. Semua komoditas dagangnya dirampas dan kapalnya rusak berat.
3. Makna Hubungan Korea dan Majapahit
Kembali kepada Joseon Wangjo Sillok, banyak informasi menarik yang dicatat dari informasi tersebut. Misalnya saja adalah sebagai berikut. Pertama. Hubungan antara Korea dengan Jawa terjalin sangat lama. Hal ini karena Jin Eon-sang (utusan dari Jawa) dicatat telah melayani sebagai pelayan di tahun sebelumnya. Melayani di sini kemungkinan besar berkaitan dengan perdagangan rempah sebagaimana ditunjukkan usaha yang dilakukan Jin Eon-sang sebelum dirompak Jepang. Kedua. Barang dagangan yang didagangkan Jin Eon-sang merupakan bahan dagangan yang meliputi produk utama dunia kala itu. Ketiga. Jin Eon-sang memiliki kekuasaan besar. Hal ini karena ia berani memerintah negara (Dinasti Joseon) untuk mendapat pengawalan. Menariknya perintah ini mendapat tanggapan langsung dari pemerintah (raja). Semua ini menunjukkan jika Jin Eon-sang bukan orang sembarangan kala itu.
Istilah ‘kami tidak dapat mengirim terlalu banyak’ menunjukkan permintaan utusan dari Jawa ini sesungguhnya dikabulkan. Bahkan dalam teks asli (Aksara Tradisional China)disebutkan Pemerintah berkata: “Kirim satu atau dua kapal perang, aman dari kekerasan! Sebuah realitas pemerintah patuh kepada Jin Eon-sang. Patuhnya Pemerintah Dinasti Joseon dalam memenuhi permintaan utusan dari Jawa ini tentu bukan karena sosok Jin Eon-sang. Sebab sosok ini memiliki kekawatiran dan ketakutan akan perampok Jepang. Sebuah pribadi yang tentu tidak mengesankan bagi Dinasti Joseon.
Tentu ada sosok di belakang Jin Eon-sang yang dipatuhi Pemerintah Dinasti Joseon, sehingga permintaannya direspon langsung oleh raja. Respon yang sekalipun dapat dikatakan tidak maksimal, namun tetap mendapat perhatian besar. Respon hormat sebagaimana hormatnya Kaisar Cina kepada Raja Jawa dalam hal ini Majapahit. Bahkan dapat dikatakan ada nilai penghormatan lebih yang sama dilakukan antara keduanya. Jika penghormatan Kaisar Cina dengan menyebut diri sebagai rakyat Raja Majapahit, atau bagian dari wilayah Majapahit maka Pemerintah Dinasti Joseon sepertinya melakukan hal sama. Di mana ia mengakui kedudukannya dan kedudukan raja yang mengutus Jin Eon-sang, dengan memberi respon besar pada utusan yang dikirim kepadanya. Dapat dikatakan jika Kaisar Dinasti Ming dan Pemerintah Dinasti Joseon telah menempatkan diri menjadi bagian dari wilayah yang disatukan Majapahit.
4. Korea dan Jepang Dalam Catatan Jawa
Sekalipun hubungan Majapahit dengan Korea dan Jepang secara tersurat hanya dicatat dalam teks searah saja, namun demikian sesungguhnya ada catatan lain dari Jawa yang secara tersirat mengisahkan hubungan tersebut. Misalnya saja dicatat dalam catatan peta masa lalu. Sebuah peta Jawa yang berhasil dirampas oleh Portugis kala itu.
Sebagaimana misalnya berdasar informasi surat yang dibuat Alfonso d’Albuquerque kepada Raja Manuel pada tahun 1 April 1512. Dalam suratnya tersebut, Gubernur Alfonso d’Albuquerque menceritakan pernah melihat sebuah peta dari jurumudi orang Jawa.
Pada suratnya itu ia mengatakan sebagai berikut. “Sehelai peta besar dari jurumudi Jawa, berisi peta Tanjung Harapan, Portugal, dan Daratan Brasilia, Laut Merah dan Laut Persia, Kepulauan Cengkeh, pelayaran orang Cina dan Ryukyu, dengan jalur mata angin dan jalur langsung mereka yang diikuti oleh kapal-kapal kawasan pedalaman, dan bagaimana kerajaan itu saling berbatasan. Paduka bagi saya tampaknya ini adalah hal paling bagus yang pernah saya lihat. Peta ini bertuliskan Jawa, tetapi bersama saya ada orang Jawa yang dapat membaca dan menulis”. (12)
Informasi tersebut menunjukkan jika dilihat dari sisi pelayaran, hubungan antara Majapahit dengan Korea dan Jepang memang sangat dimungkinkan terjalin kuat. Hal ini karena Jawa (Majapahit/Demak) dicatat mampu membuat peta pelayaran dari Brasil hingga peta pelayaran orang Cina dan Ryukyu. Bahkan dicatat disertai dengan jalur mata angin dan jalur langsung mereka yang diikuti oleh kapal-kapal kawasan pedalaman (Korea dan Jepang). Semua itu menunjukkan Majapahit dalam catatan Jawa memang mengenal Korea dan Jepang dari peta yang dibuat. Sama sebagaimana Korea mengenal Majapahit melalui utusannya.
Secara umum, peta Jawa yang dirampas Alfonso d’Albuquerque merupakan peta produk perdagangan dan rempah dan jalur perdagangannya. Karena Jawa (Majapahit) selain mampu mengalahkan Mongol sebagai negara adidaya kala itu serta sebagai pelaku utama pedagang rempah, menjadi wajar bila ia memiliki kedudukan tinggi dan dihormati di seluruh kawasan. Terlebih perdagangan rempah yang dikelola lebih banyak bersifat monopoli, karena tidak dilakukan negara lain kala itu. Perdagangan monopoli ini kemudian diambil alih oleh para pedagang Barat selepas Jawa melaksanakan kebijakan menutup diri era Mataram.
Perdagangan rempah yang dilakukan Jawa (Majapahit) dicatat tidak pernah dilakukan Cina. Cina dicatat belum mengenal Kalimantan dengan baik dan pulau rempah sebagaimana Catatan Dinasti yang mereka catat. Perdagangan rempah juga tidak dilakukan Korea dan Jepang. Bahkan terkait Jepang misalnya, Tome Pires menyatakan sebagai berikut. They do not often trade in China because it is far off and they have no junks, nor are they seafaring men. Artinya, “Mereka tidak sering melakukan perdagangan di Cina karena jauh dan mereka tidak memiliki Jung (perahu besar antar pulau), tidak pula mereka memiliki pelaut.” (13) Pernyataan Tome Pires ini ternyata memiliki kesamaan dengan teks-teks klasik Nusantara seperti Sejarah Melayu, Hikayat Raja-Raja Pasai, prasasti, kidung dan babad yang tidak mencatat adanya hubungan kenegaraan dengan Jepang. Artinya, Jepang kala itu bukan sebagai negara yang memiliki peran dalam lalu lintas perdagangan rempah kuno.*
- Kesimpulan
- Catatan tentang Jin Eon-Sang/Chen Yanxiang (진언상/陳彦祥) hanya terdapat dalam Joseon Wangjo Sillok.
- Majapahit mengenal Keshogunan Jepang (Keshogunan Muromachi) dan Ryukyu. Dibuktikan dengan adanya catatan yang menyebut Jin Eon-Sang/Chen Yanxiang seorang arya utusan negara Jawa atau Chowa-guk/Jowa-guk/Jawa (조와국/자바) atau Zhaowa-guo (爪蛙國). Pada masa Chen pergi ke Korea pada 1406, Joseon sedang diperintah oleh Raja Taejong, dan di Jepang sedang berkuasa Shogun Ashikaga Yoshimochi (kunjungan 1406 dan 1412). Di masa yang sama, di Jawa (Majapahit) sedang berkuasa Raja Wikramawardhana. Selain itu, juga dibuktikan dengan adanya peta pelayaran hingga ke Ryukyu.
- Hubungan perdagangan dan diplomasi antara Majapahit dengan Timur Jauh (Korea dan Jepang) berlangsung lama. Meskipun setelah Chen Yanxiang, catatan Korea tidak menyebutkan tentang pedagang maupun utusan dari Majapahit lagi, namun dengan adanya peta yang dirampas Portugis (1512), perdagangan yang ada tetap terjalin setidaknya hingga tahun 1512.
- Berdasar sumber Joseon Wangjo Sillok, kerajaan Joseon demikian hormat kepada Majapahit sebagaimana kerajaan Cina era Dinasti Ming.
Catatan:
- Teks dalam bahasa Inggris adalah sebagai berikut. In the year 1443 the Governor of Canton presented a memorial pointing out that the continual tribute of Java caused great expenses and trouble, and that it was no good plan to injure China in order to benefit those distant people. The Emperor adopted his views and when the envoys of that country went back, he gave them a letter saying: “The different countries over the sea shall all bring tribute once in three years: you, oh king, must also have compassion with your people and observe this arrangement”, WP. Groeneveldt, Historical Notes on Indonesia & Malaya Compiled from Chinese Sources, (Jakarta, Bhratara, 1960), hlm. 38.
- Irawan Djoko Nugroho, 2011: 107-131. Perang Jawa dan Mongol tidak hanya berlangsung sekali. Ini misalnya dicatat dalam catatan Odorico di Perdenone tahun 1321 dan Prasasti Gunung Butak tahun 1294. Ketundukan Mongol terhadap Jawa berlangsung setidaknya terjadi pada tahun 1325. Di mana pada masa itu utusan Jawa di Catay (Mongol).
- Pada tahun 1365, Majapahit menurut Prapañca menerima Duta dari Cina. Pada hal kala itu Cina masih dicatat dikuasai Mongol. Ini membuktikan Majapahit tetap mendukung keberadaan Cina.
- WP. Groeneveldt, 2009, hlm. 48.
- https://sillok.history.go.kr/id/kca_10608011_003
- http://sillok.history.go.kr/id/kca_11205025_001
- Ahmad Adam menjelaskan ukuran gaz dan depa sebagai berikut. Dalam bahasa Parsi dan Hindi, gaza atau gaz membawa arti ela (hela) India berukuran 33 inci. Ela lama Belanda panjangnya 27 inci dan ela Inggris pula panjangnya 45 inci. Satu ela setengah depa, (Wilkinson 1959 (1):298; 333). Lihat Ahmad Adam 2018:161.
- Bila ukuran 1 gaz = 1 ela atau 33 inci, maka panjang 60 gaz memiliki ukuran sebagai berikut: 60 (gaz) x 33 x 2,54 = 5.029,2 cm atau 50,292 m.
- Bila ukuran 1 ela = setengah depa, maka lebar 6 depa memiliki ukuran sebagai berikut: 6 (depa) x (33 inci x 2) x 2.54 = 1.005,84 cm atau 10,0584 m.
- 8 (depa) x (33 inci x 2) x 2.54 = 1.341,12 cm atau 13,4112 m.
- 25 (depa) x (33 inci x 2) x 2.54 = 4191 cm atau 41,91 m
- Lihat Anthony Reid 2011:55.
- Armando Cortesao, 1967: 131
Website
- https://sillok.history.go.kr/intro/english.do
- Aji Shahariza, Apakah Majapahit pernah berinteraksi dengan keshogunan di Jepang? https://id.quora.com/
- https://sillok.history.go.kr/id/kca_10608011_003
- http://sillok.history.go.kr/id/kca_11205025_001
- https://www.korea.net/AboutKorea/History/Joseon
Daftar Pustaka
Cho, Hung-Guk. (2008). Contacts between Korea and Majapahit Kingdom in Indonesia in the Beginning of the Joseon Dynasty, “조선왕조 초기 한국과 인도네시아의 마자파힛 왕국 간 접촉”, Sogang Institute for East Asian Studies(SIEAS), no.55, pp.45 – 69. 조선왕조 초기 한국과 인도네시아의 마자파힛 왕국 간 접촉
Gibb, H.A.R, Ibn Battuta Travels in Asia and Africa 1325-1354. London: Darf Publishers LTD, 1983.
Groeneveldt, W.P, Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Jakarta. Komunitas Bambu, 2009.
Ibn Battuta, Travels in Asia and Africa 1325-1354. London: Darft Plubhishers LTD, 1986.
Irawan Djoko Nugroho, Meluruskan Sejarah Majapahit, Yogyakarta: Ragam Media, 2010.
Irawan Djoko Nugroho, Majapahit Peradaban Maritim. Ketika Nusantara Menjadi Pengendali Perdagangan Dunia. Yayasan Suluh Nuswantara Bakti, Jakarta, 201
Paul Michel Munoz, Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia. Yogyakarta: Mitra Abadi, 2009.
Ras, J.J., Hikayat Bandjar, a Study in Malay Historiography. BI. 1. The Hague: Martinus Nijhoff, 1968.
Robert Dick-Read, Penjelajah Bahari. Pengaruh Peadaban Nusantara di Afrika. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008.
Supratikno Rahardjo, Kota-kota Prakolonial Indonesia Pertumbuhan dan Keruntuhan. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997.