IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL
IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL

Tata Cara Menciptakan Kultur Pemimpin Berwatak Spiritual

Terang. Pada saat ini jaman demikian “terang benderang.” Sekalipun demikian, banyak pemimpin dan kroninya justru dengan sangat lihai bermain dalam gelap. Di zaman besar, bangsa ini malah panen pemimpin kerdil. Di waktu canggih tekhnologi, bangsa ini malah panen sinetron kurang bermutu.

Sebagai akibatnya, konsolidasi ideologis, spiritualis, intelektualis dan aktifis menjadi jauh lebih sulit. Begitu membingungkan, Indonesia bahkan hanya dapat rapat dan seminar saat kejahatan KKN dan amoralisme makin merajalela. Bangsa ini kini hanya seperti meninju udara kosong: sekeras dan sekuat apapun terasa melompong. Hadirnya kegelapan di zaman terang, kebingungan di panen ilmu pasti, kejahiliyahan di waktu cerdas berdatangan, menjadi buktinya.

Mencari solusi dari itu semua, semua harus kembali menengok konstitusi. Sebab konstitusi itu konsensus bernegara. Darinya, diketahui bahwa kegelapan, kebingungan, kejahiliyahan itu obatnya hanya kecerdasan. Dan, mencerdaskan kehidupan bangsa yang pertama itu “kecerdasan spiritualitas.” Hal ini karena bangsa ini ditakdirkan lahir di negeri seribu agama, sejuta doa, semilyar kepercayaan. Maka, merumuskan itu dan mengimplementasikan di ruang publik menjadi putusan publik menjadi maha penting.

Salah satu putusan publik yang harus terus ditegakkan adalah: anti KKN. Di manapun, kapanpun dan oleh setiap diri warga negara. Mari semua berserentak, menderet dentuman baru. Sebab, KKN itu induk semua kejahatan plus kebejatan.

Lima Roadmap Menghadirkan Pemimpin Berkarakter Spiritualis

Karena itu, kini sudah saatnya bangsa ini focus untuk menghadirkan pemimpin berkarakter spiritualis. Dalam menghadirkan pemimpin berkarakter spiritualis yang mampu melenyapkan tradisi KKN, ada lima roadmap yang harus dilakukan. Kelimanya adalah sebagai berikut.

Pertama. Obligation to respect, yaitu kewajiban untuk menghormati semua kegiatan kenegaraan secara menyeluruh. Hormat itu ditandai dengan niat suci sejak dari pikiran, ucapan, tulisan dan perbuatan. Semua kegiatan kenegaraan diperuntukkan dari, oleh dan untuk negaranya, bukan untuk diri, keluarga dan kawan-kawannya saja.

Kedua. Obligation to protect, yaitu kewajiban untuk melindungi semua kegiatan kenegaraan secara menyeluruh. Perlindungan itu ditandai oleh aturan dan hukum yang tepat, cepat, murah dan adil. Tak boleh program itu hanya dapat dijangkau oleh kelompok tertentu saja.

Ketiga. Obligation to facilitate, yaitu kewajiban untuk memberikan bantuan yang bersifat memihak kaum miskin dalam semua kegiatan kenegaraan secara menyeluruh. Bantuan ini ditandai oleh imparsialitas yang tak memihak siapapun, tetapi buat siapapun. Bantuan bersifat netral dan plural.

Keempat. Obligation to fulfill, yaitu kewajiban untuk memberikan bantuan penuh berupa jaminan pengembangan semua kegiatan kenegaraan secara menyeluruh. Jaminan ini ditandai oleh terpenuhinya pembayaran tepat waktu, pemberian bonus bagi yang berprestasi dan debirokratisasi.

Kelima. Obligation to civilization, yaitu memastikan semua kegiatan kenegaraan kita menjadi metoda sekaligus tujuan hadirnya peradaban Pancasila yang mendunia. Peradaban ini ditandai oleh mentalitas crank, inovatif, spiritualis dan menyempal dari agensinya. Pada titik ini, kultur gotong-royong, koperasi, iptek dan sentosa menjadi keseharian yang dijunjung tinggi.

Roadmap Harus Terus Dikonsepsikan, Disempurnakan, Dinarasikan dan Disebarkan

Kelima roadmap tersebut tentu harus terus dikonsepsikan, disempurnakan, dinarasikan dan disebarkan di buku-buku, jurnal-jurnal dan media plus tiga sekolahan: formal, informal dan nonformal. Harus terus bisa diimplementasikan di manapun, kapanpun dan oleh siapapun. Setelah itu tinggal terus berdoa agar mendapat kesempatan dan mendapat takdir baik semesta.

Dari semua realitas yang kita terima, sesungguhnya bukan takdir Tuhan yang membuat bersedih, tetapi karena kita tidak mampu melapangkan hati dengan syukur. Ingatlah bahwa yang membuat menderita itu bukan karena ditinggalkan teman, bukan dihianati kawan, tapi karena kita tidak siap menerima kenyataan yang ada. Dus, kunci dari semua, kunci utama kepemimpinan bemental spiritual adalah ikhlas dan sabar yang berkelindan dengan iman, ilmu serta amal.

Ingatlah, jika semua yang diharapkan dengan mudah dapat dimiliki, darimana kemudian belajar ikhlas? Jika semua yang diimpikan dengan mudah dapat tergenggam, darimana belajar sabar? Jika setiap doa dengan mudah dikabulkan, bagaimana kita dapat belajar bekerja keras dan cerdas? Dus, menjadi pemimpin berkarakter spiritualis adalah kerja dan doa berlandaskan ketulusan, keikhlasan, kesabaran, kecerdasan dan kejeniusan.(*)

 

Penulis: Dr. M. Yudhie Haryono

Bagikan ya

Leave a Reply