Salah satu problem besar bangsa adalah kehadiran a state of distrust. Sebab kehadirannya kemudian berkembang menjadi distrust society. Di mana semua menjadi tidak dapat dipercaya, tidak saling percaya, dan tidak ingin saling percaya. Muaranya lahirlah kerusakan kepercayaan kepada sesama, kapan saja dan di mana saja.
Problem ini ternyata telah mengemuka di negeri ini, dengan ditandai dari banyaknya mereka yang tidak mau mempercayai informasi dari hampir semua orang, dan terutama jika informasi itu berasal dari pemerintah atau sumber media. Lahir kemudian misalnya tuduhan adanya pembohongan publik atau pun juga lip service.
Pembohongan Publik Sebagai Bencana Kemanusiaan
Kehadiran a state of distrust dan kemudian distrust society tersebut, menjadi salah satu bencana besar kemanusiaan bangsa pada saat ini. Hingga saat ini ada tiga bencana besar yang selalu mengintai sebuah negara. Bencana kemanusiaan, bencana penjajahan dan bencana alam.
Terkait distrust, ada sebuah kajian menarik dari Francis Fukuyama (1995). Ia menyadarkan kita bahwa basis ekonomi yang kuat dan tahan lama dari suatu bangsa tidak bisa hanya menyadarkan pada kekayaan alamnya dan modal uang pemerintah atau pajak semata.
Ia juga harus berpijak dari social capital atau modal sosial yang dimilikinya. Tetapi, di samping aset SDM yang berkualitas, elemen pokok dari modal sosial adalah kuatnya sifat dan sikap untuk saling percaya dan bisa diberi amanat secara baik dalam bentuk relasi vertikal maupun horizontal. Karena itu, trust atau sikap amanah merupakan salah satu modal utama yang penting untuk menciptakan kehidupan politik dan ekonomi yang kokoh dan tahan lama bagi sebuah negara maupun peradaban.
Saat berlangsung adanya pembohongan publik, maka akan menjadi tidak mudah untuk menangkap masa depan. Apalagi memenangkan kehidupan. Selain itu juga menjadi tak ringan merealisasikan konstitusi. Sebab di antara para pelaku pembohongan publik, selalu ada feodalisme dan fasisme plus fundamentalisme yang berurat berakar.
Saatnya Berubah Menjadi Generasi Pancasila
Kini, sudah saatnya semua itu diakhiri. Berubah dari generasi pelaku pembohongan publik menjadi generasi Pancasila. Generasi yang berani menyatakan kebenaran dan berjuang untuk kemaslahatan bersama. Generasi yang bersungguh-sungguh menegakkan konstitusi dan Pancasila.
Generasi yang berjuang sebagaimana para founding fathers. Karena itu menjadi lebih baik hari ini dan besok adalah membuat karya mulia dengan menyelamatkan kehidupan bumi dan seluruh bangsa bersama-sama.
Mari kita mulai hidup dan bersemboyan baru: “Aku sering dikhianati tetapi aku bukan pengkhianat; aku sering dibohongi tetapi aku bukan pembohong.” Inilah upaya awal membuat warisan: generasi Pancasila.(*)
Penulis: Dr. M. Yudhie Haryono