IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL
IKUTI KAMI DI MEDIA SOSIAL

Buku

Zaman Kaliyuga. Tandanya, “banyak pemimpin tak punya rekam jejak dan tak punya rasa malu.” Pada zona pendidikan, hal itu terasa sekali. Tanpa punya pikiran, apalagi ucapan dan tulisan, seseorang ditempatkan jadi Mendiknas, dan tanpa rasa malu, ia bangga dan senyum-senyum di kursi itu. Melawan Kaliyuga, penulis buku berjudul Pendidikan Yang Berkebudayaan, mencoba menerangi dengan semangat...
Saya meresensi buku keren ini karena dua hal. Pertama, setelah reformasi dan amandemen konstitusi, hidup rakyat makin tidak berguna. Hidup mereka makin kehilangan cita-cita. Hidup mati dalam kepedihan karena hanya bisa merasakan hal-hal yang ditertawakan umat manusia: saat ketimpangan makin merajalela. Kedua, dengan konstitusi yang telah berganti, cita-cita besar masa depan negara ini hilang. Semua...
Tak kurang buku kearifan dan tokohnya. Tak kurang buku hebat dan penulisnya. Yang tak ditemukan itu: orang besar untuk bangsa besar; orang pener di negara benar. Itulah Indonesia. Negeri yang selalu kehilangan kesempatan memimpin semesta. Ke luar dari perangkap pengap itu, penulis dan pemikir terbesar Indonesia di abad ini mencoba menemukenali dengan menggali akar soalnya...
Hidup mungkin lebih mudah dinikmati jika kita tak tahu yang terjadi di sebaliknya yang rumit dan berbelit-belit. Pada buku Pram, beberapa yang rumit itu membuat berkenyit. Semoga kita dapat takdir terbaik: khusnul khatimah. Bukan sembelit melainkan berkah. Aku menemukan harta karun ini di sela menghadiri forum bisnis di Apartemen Evensiio Depok. Saat itu, dari arah...
Pertama, tak sengaja mampir toko buku. Melihat makin sepi dan berdebu. Tak seramai dulu. Mereka kini tinggal menghitung utang-utang dan berusaha melunasinya, lalu berniat tutup. Itulah sejarah narasi kita: tak sempat sempurna modern, sudah diterjang zaman pengganti. Kita lahir dari satu disrupsi ke disrupsi tanpa sempat dewasa dan punya fungsi memaksimalkan fakultas pikir (nalar) dan...
Berkali-kali. Berpuluh kali. Bahkan beratus kali, buku bagus datang dan menantang. Kali ini dari guru Prijanto, seorang jendral dan mantan wagub DKI Jakarta (2007-2012). Saat bercanda dan bernarasi tentang TNI-Polri dan isu-isu mutakhir, buku ini bergerak masuk meja baca untuk dikomentari. Menurutnya, ada yang keliru dari perkembangan sistem pertahanan dan keamanan nasional kita. Terutama dalam...
Aku muridnya. Tentu saja murid yang paling bodoh. Murid yang tak diakuinya. Murid yang sulit memahami tulisan dan pikiran-pikiran jeniusnya. Padahal, sang guru sudah membahasakan hal-hal sulit dengan bahasa umum agar renyah dan mudah dipahami. Mungkin karena tema-temanya yang perenialis dan enigmatis sehingga sulit tercerna. Mungkin saja. Ya. Beberapa tema favoritnya adalah agama, psikologi dan...
Ibuku ngendikan: “Ana unen-unen, mengko titi wanci yen wis ana ratu trah Mbanyumas, cah gunung Slamet, Nuswantara bakal duwur kukuse, makmur kawulane lan amba jajahane.” Mungkin ini sekedar ilusi, bisa juga “mimpi ratu adil” dan sangat mungkin futurologis tanah kami. Tetapi, hampir semua peradaban besar punya imaji. Dan, imaji terbesar bangsa kita adalah: “jadi mercusuar...
Rektor Universitas Krisnadwipayana (Unkris) Ayub Muktiono mengapresiasi terbitnya buku ‘Memperadabkan Bangsa, Paradigma Pancasila untuk Membangun Indonesia’. Buku yang disusun oleh para pakar dari Aliansi Kebangsaan, Forum Rektor Indonesia, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, Asosiasi Ilmu Politik Indonesia, Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB), serta Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) tersebut dapat menjadi referensi penting bagi bangsa Indonesia...
Tak ada yang lebih bertanggungjawab dari kependidikan dan kepengajaran di suatu negara kecuali para budayawan. Jika para politisi lupa, jika para pengusaha acuh, jika para buruh mengeluh, kita masih bisa memakluminya. Tetapi, jika para budayawan tak lagi gelisah dengan “situasi dan kondisi kepengajaran dan kependidikan kita,” selesai sudah kita dalam bernegara. Buku ini kami bahas...
1 2 3