Pandemi Kebodohan. Demikian guru Zulkifli (2022: 1) menamai situasi mutakhir kita. Tiba-tiba kita semua “bodoh, dibodohi, dianggap bodoh dan terlihat bodoh.” Atau dalam bahasa gaul, kita minus gagasan tapi surplus hoax. Tak punya pikiran dan terobosan tapi panen ngedumel dan ndremimil. Elite kita makin menyedihkan dan sakit. Gegara busuk agensi dan rusak konstitusi, semua orang...
Buku ini datang di atas mejaku dari kiriman politisi yang baik budi karena mau berbagi. Di suratnya tertulis, “kawan mohon resum isinya dan kirim balik padaku.” Dari sini kita tahu, banyak politisi kita tak suka baca buku. Itulah potret negeri ini. Jadi, jangan berharap mereka mampu menghasilkan peradaban besar. Di pikiran, ucapan, tulisan dan tindakannya...
Aku terlelap di atas buku babon saat terdengar suara telpon genggam meraung-raung. Sebuah berita duka dari anak tercinta. “Ayah, sepuluh ekor ikan kita mati sia-sia di kolam tanpa tahu sebabnya,” begitu kabar buruk yang lebih mencekam dari perang Rusia menginvasi Ukrania. Buku karya Polanyi yang tebal itu seketika terlupa isinya. Saat kuliah dulu tak kupahami,...
MENGAPA negara dan warganya harus dilindungi? Sebab, neoliberal ini sangat anti kepemilikan publik (misalnya BUMN) dan berupaya membuat pemerintahan di banyak negara lumpuh sehingga merekalah yang berkuasa atas negara dan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi dan politiknya. Invasi kurikulum dan konstitusilah kunci yang mereka dahulukan. Amok neoliberalisme menjadi mengerikan karena ia adalah paham ekopol yang mengutamakan...
Keren. Menjijikkan. Dari semua kejadian yang kini kita alami dalam urusan politik. Apanya yang keren? Adalah lahirnya arus balik: bangkitnya para penipu yang dipimpin Jokowi. Ia yang akan menipu dunia dengan sekejap saja. Dimulai saat ia bikin Esemka, ke Ukraina dan Rusia lalu sebentar lagi semua keluarganya meminum kursi kuasa penghasil kencing onta di jejeg...
Rasanya seluruh kejeniusanku tumpul jika mencari solusi dari problem kalian, apalagi problema Indonesia. Ujung pangkalnya di mana? Hulu hilirnya apa? Aku sungguh-sungguh tak tahu sampai kini. Hingga kemalasan dan kepariaan terus memeluk kita. Fajar sebelum hari raya, setelah tahajud dan jamaah subuh di masjid, kalian masih mengirim puisi. “Yang terparah dalam dunia kita adalah keadaan...
Mengapa kita kehilangan titik tuju? Karena kita lupa dengan titik kumpul. Mengapa kita kehilangan titik kumpul? Karena kita lupa dengan titik tumpu. Inilah kemenangan riil dari lanjutan atas neokolonialisme yang sedang terus dialami Indonesia. Padahal, tiga titik itu ada dalam konstitusi. Tetapi, konstitusi kita tak ditradisikan pelajarannya. Tak banyak orang suka. Hanya sedikit sekali yang...
Kawanku, birokrat dan akademisi kampus yang cerdas, menulis buku bagus. Ya. Setelah menjadi dekan, ekonom ini ikut berproses di birokrasi. Ahmad Erani Yustika, namanya. Judul lengkap bukunya, “Ekonomi Politik: Kajian Teoretis dan Analisis Empiris,” ketebalannya 292 halaman plus. Terbit tahun 2020 oleh penerbit Intrans Publishing Malang, dan ber-ISBN: 978-602-6293-98-5. Erani ini beruntung. Dapat kesempatan mewarnai...
Sejak kapan politik kita menjadi politisasi warga negara dan ekonomi kita menjadi ekonometrik? Ini pertanyaan penting saat zaman normal. Tetapi, ini jadi pertanyaan mubazir di zaman edan. Tentu saja, secara serius kita akui problem kebuntuan ekonomi-politik negara Indonesia seolah tak pernah selesai. Dalam konteks kekinian, ada jurang yang begitu lebar dalam kebijakan ekonomi selama ini,...
KKN. Itulah warisan yang terus menggurita. Di republikmu, ia agama lama yang terus diperbarui oleh agensi (yang) dulu bahkan sangat membencinya. Tak percaya? Bacalah buku berjudul, “Ekonomi Politik Monopoli: Negara Pelayan Kapitalis Dan Kuasa Korporasi Dalam Bisnis Pasar Modern.” Ditulis oleh dosen cerdas Abdul Aziz, buku ini merupakan disertasi di Fisip UI yang digarap sangat...